Thursday, March 25, 2010

[oase - resend] Rakyat Kritis dan Penguasa Rendah Hati

Artikel Original | Simpan ke PDF
Artikel ini pernah dipublikasi oleh abufaiz97 pada Jum\\\'at, 05 November 2004 WIB

Lembar Jum'at: Rakyat Kritis dan Penguasa Rendah Hati

Abu Ismail Al-Uzdiy mengisahkan dalam kitab Futuhusy Syaam tentang seorang sahabat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, bernama Khalid bin Said, yang hendak memenuhi panggilan jihad di zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Setelah menyiapkan baju perang, senjata dan perbekalan lainnya, ia menyempatkan diri menemui sang Khalifah. Ia duduk di hadapan Khalifah seraya bertahmid dan bershalawat. Kemudian ia berkata, "Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Allah telah memuliakan kami dan engkau dengan agama ini. Maka orang yang paling wajib menegakkan sunnah dan menghapuskan bid'ah serta adil dalam berperilaku adalah pemimpin yang mengurusi seluruh perkara ummat."

Kemudian ia melanjutkan nasehatnya, "Setiap orang yang memeluk agama ini memiliki hak untuk diperlakukan dengan ihsan (adil) karena keadilan penguasa lebih luas manfaatnya. Maka takutlah engkau wahai Abu Bakar atas beban orang-orang yang kau pimpin. Berilah kasih sayang kepada para janda dan anak-anak yatim dan tolonglah orang lemah yang teraniaya. Hendaknya tiada seorang pun dari orang Islam yang kamu senangi, yang mendapatkan porsi kebenaran lebih banyak dari pada orang yang kau benci. Dan janganlah engkau marah selama kau mampu untuk menahannya, karena kemarahan akan menyeretmu dalam kezhaliman.

Dan janganlah engkau mendengki sesama Muslim walaupun engkau mampu melakukannya, karena kedengkianmu terhadap Muslim yang lain akan menjadikannya sebagai musuh bagimu. Jika dia mengetahui hal itu ia pun akan memusuhimu. Bila pemimpin memusuhi rakyatnya dan rakyat memusuhi pemimpinnya akan mengakibatkan kehancuran semuanya. Bersikap lembutlah kepada orang yang berbuat baik. Tegaslah kepada orang yang peragu dan janganlah engkau malu untuk bertindak (dalam kebenaran) karena ejekan orang lain."

Setelah menyampaikan nasehat itu Khalid bin Said berkata, "Berikan tanganmu kepadaku karena aku tidak tahu apakah kita masih bisa berjumpa lagi di dunia ini besok. Bila Allah menentukan kita masih hidup maka kita memohon ampunan-Nya. Tapi bila perpisahan ini untuk selamanya, maka kita telah mengenal Allah dan mengenal wajah Rasul-Nya SAW di surga." Abu Bakar pun kemudian memegang tangan Khalid untuk berbaiat. Setelah itu Khalid menangis. Begitu pula semua yang hadir dalam majelis mereka.

Kisah ini menggambarkan betapa pedulinya seorang ulama dari kalangan rakyat biasa untuk melaksanakan jihad fi sabilillah serta amar ma'ruf nahi munkar terhadap pemimpinnya. Padahal saat itu yang menjadi pemimpin adalah seorang khalifah yang terkenal paling jujur dan termasuk dalam sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Dari riwayat ini kita dapat menarik beberapa pelajaran berharga.

1. Ulama merupakan pengontrol jalannya pemerintahan yang dikendalikan penguasa

Seperti yang dicontohkan Khalid bin Sa'id, sebagai rakyat setiap Muslim juga punya kewajiban sebagai da'i yang selalu memberikan peringatan kepada pemimpin. Dengan menjalankan peran itu, setiap Muslim, terutama para da'i dan aktivis, akan melengkapi sendi-sendi stabilitas dunia yakni: keberdayaan ulama (dengan ilmunya); keadilan para penguasa; kedermawanan orang-orang kaya dan doa para fuqara. Bila salah satu sendi tak berfungsi sebagaimana semestinya, maka akan terjadi instabilitas dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Kata 'ulama merupakan bentuk jama' (plural) dari kata 'alim yang secara etimologis artinya orang yang memiliki ilmu, yang dengan ilmunya itu ia menjadi takut hanya kepada Allah (Faathir: 28) Pengertian ulama tidak terbatas pada orang-orang yang memiliki kafa'ah syar'iyah (kompetensi di bidang syari'ah) saja tapi mencakup semua para ahli di bidang keilmuan apapun yang bermanfaat, asalkan ilmu yang dikuasainya membawa dirinya menjadi orang yang memiliki rasa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Inilah yang mendorong mereka melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar. Para kader dakwah juga merupakan ulama yang harus berperan sebagai waratsatul ambiya' (pewaris para Nabi) yang selalu menegakkan tugas suci ini.

2. Manfaat keadilan yang diterapkan oleh penguasa sangat luas.

Keadilan adalah salah satu inti ajaran Islam yang memiliki kedudukan amat penting. Ini karena sejumlah sebab berikut ini:

Keadilan merupakan jiwa suatu ummat, rahasia kesejahteraannya dan penyebab perkembangan serta kemajuannya.

Keadilan adalah sasaran diutusnya para para rasul di dunia ini. (Al-Hadid: 25). Keadilan merupakan salah satu sifat Allah. Dia memerintahkan agar semua manusia menegakkan keadilan dalam semua aspek kehidupan. (An-Nahl: 90, An-Nisa: 58). Ummat manusia diharuskan menegakkan keadilan (Huud: 85).

Keadilan merupakan salah satu tugas Rasulullah SAW yang harus ditegakkan. (Al-Baqarah 143).

Keadilan adalah sendi untuk menegakkan kebenaran dan untuk menciptakan ketenangan ummat manusia.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa berbuat adil satu jam bagi penguasa lebih baik dari beribadah enam puluh tahun. Dengan berlaku adil, seorang penguasa akan mengayomi semua rakyat, terutama yang lemah dan tertindas, dan akan membatasi kecongkakan rakyat yang merasa kuat. Pantaslah kalau Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ada tujuh golongan yang kelak akan dinaungi Allah pada hari kiamat yang tiada naungan selain naungan-Nya, salah satunya yaitu penguasa yang adil.

3. Budaya saling menasehati adalah kewajiban setiap umat Islam.

Ada beberapa sebab yang menuntut setiap Muslim, sebagai rakyat sekaligus da'i, untuk melakukan tawashau bil haqqi (saling menasehati dalam kebenaran) dan tawashu bis shabri (saling menasehati dalam kesabaran). Antara lain:

a. Kebaikan ummat Islam (khairiyyatu haadzihil ummah) terletak pada pelaksanaan amar ma'ruf dan nahi munkar. Bila tugas ini tidak dilaksanakan maka akan hilanglah ciri kebaikan umat Islam ini. (Ali Imran: 110)

b. Para da'i adalah tumpuan utama masyarakat yang akan menstabilkan kehidupan. Ciri utama stabilisator adalah senantiasa melakukan islah (perbaikan). Seorang kader tidak cukup hanya menjadi seorang yang shalih (orang yang baik) saja tapi harus menjadi seorang mushlih (orang yang melakukan perbaikan). Orang-orang yang shalih tidak cukup untuk menjadi penyelamat ummat dari kehancuran . Allah SWT menegaskan dalam A-Quran: "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah." (Huud: 117).

c. Di antara ciri manusia yang tidak akan merugi adalah senantiasa saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran (Al-Ashr: 1-3).

d. Di antara hak seorang Muslim dengan Muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya maka ia harus memberinya.

e. Agama Islam pada intinya adalah nasihat.

Para salafus shalih telah memberikan contoh luar biasa dalam hal saling menasihati. Salah satunya Umar bin Khatthab. Suatu ketika sejumlah sahabat Rasululah tengah mengelilinginya. Tiba-tiba ada seseorang yang berkata, "Ittaqillaha ya Umar (bertakwalah kepada Allah wahai Umar)." Para sahabat yang mengenal Umar dengan kedudukannya sebagai orang manusia yang dijamin masuk surga, marah kepada orang itu. Namun Umar mencegah kemarahan tersebut seraya berkata, "Biarkanlah dia berkata demikian. Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada orang yang tidak mau mengatakan (perkataan itu) dan tidak pula ada kebaikan pada orang yang tidak mau mendengarkannya." Wallahu a'lamu bis-shawab.

(Abu Fahmi/Hidayatullah)



Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe


Tuesday, March 23, 2010

[oase] Meluruskan Sejarah, Siapakah Sebenarnya Mustafa Kemal Attaturk

Artikel Original | Simpan ke PDF
Dipublikasi oleh abufaiz97 pada 24 March 2010, 14:14:26 WIB

Sejarah: Meluruskan Sejarah, Siapakah Sebenarnya Mustafa Kemal Attaturk



Penulisan sejarah biasanya berkaitan erat dengan siapa yang menjadi penguasa di zaman sejarah tersebut dibuat. Sebagai contoh sederhana, di zaman Soeharto berkuasa, ia menciptakan sejarah tentang jasa-jasanya menyelamatkan bangsa dan negara dari kudeta. Namun di zaman reformasi, banyak pakar sejarah yang berusaha merevisi ulang semua dogma tersebut.

Contoh lain adalah nama Mustafa Kemal Attaturk. Dalam sejarah dunia dia dianggap sebagai bapak pembaharu Turki modern yang namanya begitu harum sebagai peletak tonggak sekulerisme Turki. Namun bila kita jeli melihat sejarah dalam sudut pandang yang lain, Attaturk adalah orang Yahudi yang menyamar jadi muslim untuk menghancurkan Islam dari dalam. Dialah orang yang mengabolisi Khilafah Islam dibubarkan pada 3 Maret 1924. Dia adalah pengkhianat sekaligus pecundang.

Terjagalnya Khilafah tanpa daya pada bulan 28 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M bukanlah terjadi dengan sekejap mata. Sebagaimana kebaikan yang perlu proses untuk terjadinya, keburukan pun demikian, membutuhkan proses. Mustafa Kemal Ataturk menjagal Khilafah juga bukan proses sekejap, perlu proses yang panjang. Proses itu dimulai ketika pada awal abad ke-19 M kaum muslimin mulai meninggalkan al-Qur`an dan as-Sunnah untuk memecahkan masalah-masalah mereka, dan tertarik dengan ideologi Liberal yang menggiurkan nafsu manusia.

Liberalisasi di Eropa Barat

Setelah mengalami Renaisance abad ke-15 M, masyarakat Eropa Barat bersepakat untuk memisahkan agama dari kehidupan alias menganut faham sekulerisme. Sekulerisme ini dikristalkan oleh John Locke filosof Inggris menjadi ideologi Liberal, sebuah ideologi yang menempatkan manusia bebas dari ikatan apa pun, baik ikatan agama ataupun selain agama. Liberal dalam beragama, berekonomi, liberal berpolitik, seksualitas, liberal dalam segala hal. Ideologi inilah yang akan menghantarkan Barat kepada kebangkitannya, walau kebangkitan yang semu.

Semangat Liberalisme ini mendorong pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 yang mengusung jargon "Liberte, Egalite, dan Fraternite". Revolusi Perancis berhasil menjauhkan agama dalam hal ini gereja dari masyarakat, negara maupun politik. Di awal abad ke-19 M, Perancis muncul menjadi paling kuat dan maju, menjadi negara nomor satu di dunia di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

Khilafah Turki Utsmani Melirik Liberalisme

Sementara itu, Khilafah Turki Utsmani masih mengalami kemandegan berpikir akibat terhentinya ijtihad dan mulai melirik ideologi Liberal yang sedang berkembang pesat di Eropa Barat. Kemajuan teknologi akibat revolusi Industri telah menyilaukan mata, sehingga tidak bisa membedakan mana teknologi yang bisa diambil dari bangsa manapun, dan mana peradaban yang harus disaring.

Tahun 1828 di masa Sultan Mahmud II, pemikiran dan sistem sekuler mulai merasuk ke tubuh khilafah. Tahun 1876 M Gerakan Turki Muda yang tergila-gila dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Sejak itu, tanda-tanda keruntuhan Khilafah mulai di depan mata. Sekeliling khalifah sudah dipadati dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal, yang dipimpin oleh Perdana Mentrinya sendiri, Midhat Pasya si pemabok.

Mustafa Lahir

Pada kondisi Khilafah sedang sakit ideologi inilah Mustafa Kemal Atatürk yang akan menjadi penjagal Khilafah dilahirkan. Tepatnya tanggal 12 Maret 1881. Nama aslinya Mustafa. Ia dilahirkan di Salonika (sekarang di Yunani). Saat itu Yunani berada di dalam wilayah Khilafah Turki Utsmani. Ayah Mustafa bernama Ali Riza yang meninggal saat putranya berumur 7 tahun. Ibu Mustafa bernama Zubeyde Hanim, seorang muslimah taat yang berharap Mustafa menjadi ulama yang faqih.

Namun Mustafa berbeda pendirian. Ia menjadi remaja pemberontak melawan segala bentuk peraturan. Ia kasar, dan kurang ajar pada gurunya. Di depan kawannya, ia sangat arogan dan penyendiri.

Akhirnya pada usia dua belas tahun Mustafa dimasukkan ke akademi militer di Salonika. Ia ikut seleksi dan lulus jadi kadet.

Di militer, nampaknya Mustafa menemukan dunianya. Ia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah satu pelajar menjulukinya "Kemal" yang berarti kesempurnaan. Sejak itu ia panggil Mustafa Kemal.

Mustafa Dicekoki Ideologi Liberal

Pada usia 14 tahun, Mustafa Kemal pindah ke sebuah akademi di Monastir.

Saat-saat liburannya di Salonika, Mustafa Kemal senang berkunjung ke tempat-tempat hiburan Eropa dimana para wanita tidak mengenakan cadar, menyanyi, berdansa, dan duduk di meja bersama laki-laki. Mustafa Kemal senang minum-minuman keras.

Dalam pergaulan, Mustafa Kemal banyak bersandar pada teman-temannya para pendeta Macedonia yang sengaja "menangkapnya". Para pendeta Macedonia inilah yang mengajarkan dasar-dasar bahasa Perancis bersama seorang teman Mustafa dari Macedonia yang bernama Fethi. Keduanya diajari buku-buku karya pemikir-pemikir liberal seperti Voltaire, Rousseau, Thomas Hobbes, dan John Stuart Mill, serta buku-buku lainnya. Hingga akhirnya, Mustafa mengarang syair yang mendengung-dengungkan nasionalisme dan berpidato di depan akademi militer. Mustafa berbicara kepada mereka tentang kerusakan sultan sebelum dia berumur 20 tahun.

Mustafa Kemal kemudian ditempatkan di Istambul. Di sana dia menjadi pengunjung rutin rumah Madame Corinne, seorang janda Italia yang hidup di Pera, sebuah distrik kota yang telah mengalami Westernisasi. Ia pun hanyut dalam minum-minuman keras, bermain judi, dan bersenang-senang dengan musik.

Setelah mencapai nilai tertinggi dalam ujian akhir, Mustafa lulus dengan gelar kehormatan pada Januari 1905 sebagai kapten.

Mustafa menjadi atase militer di Sofia.

Saat itu, Mustafa Kemal bergabung dengan perkumpulan mahasiswa nasionalis, yang dikenal sebagai Vatan (yang artinya Tanah Air). Para anggotanya menganggap dirinya kelompok revolusioner yang menentang pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang memberangus segala pemikiran "liberal" yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini selalu menyalahkan Islam yang dianggap membuat Turki terbelakang dan terus-terusan menyebarkan kebencian terhadap syari'at yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai tertawaan. Anggotanya bersumpah melengserkan sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapus jilbab dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan gender. Tak lama bergabung, Mustafa Kemal menjadi pemimpinnya.

Mustafa diundang untuk menghadiri salah satu pertemuan di sebagian rumah-rumah orang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Italia dan organisasi-organisasi Freemasonry Italia. Turki Muda menjadikan perlindungan yang diberikan kepada Yahudi ini sebagai tameng. Mereka mendapat bantuan finansial dalam jumlah yang sangat besar dari berbagai pihak.

Tahun 1908 M Kaum nasionalis sekuler, Turki Muda, melakukan revolusi. Revolusi ini dalam rangka merongrong Sultan Abdul Hamid II yang menentang konstitusi 1876 yang sekuler dan selalu menyerukan kembali ke Syari'at Islam.

Pema'zulan Sultan Abdul Hamid II

Akhirnya pada tanggal 26 April 1909 M Turki Muda yang berkomplot dengan Syaikhul Islam, Mohammad Dia' uddin Afandi, berhasil memberhentikan Sultan Abdul Hamid II, seorang khalifah yang saleh dan lembut. Sejak saat itu Khilafah Utsmaniyah dikuasai kaum nasionalis Turki.

Setelah pemberhentian Sultan Abdul Hamid II banyak orang mulai menulis buku baik berbahasa Inggris, Arab maupun Turki, yang memfitnah dan menyerang Sultan Abdul Hamid II. Mereka memfitnah Sultan Abdul Hamid II sebagai orang yang menjadikan Daulah Utsmani tenggelam semakin dalam dan menampilkan Turki Muda sebagai pahlawan.

Dalam buku-buku sejarah Indonesia yang ditulis oleh kaum sekuler, Gerakan Turki Muda ini disebut-sebut sebagai gerakan untuk mencapai perbaikan nasib menentang Sultan Abdul Hamid II yang mereka sebut sebagai Kaum Kolot. Gerakan Turki Muda ini dianggap sebagai pemicu pergerakan nasionalis sekuler di Indonesia.

Setelah Sultan Abdul Hamid II diberhentikan, tahun 1909 M Sultan Muhammad Risyad menggantikannya sebagai Khalifah Turki Utsmani. Namun pemerintahannya sebenarnya sudah tidak berarti karena dibawah perintah Turki Muda.

Di tubuh Turki Muda sendiri terjadi perpecahan. Mustafa Kemal akhirnya meninggalkan Turki Muda dan kembali menekuni kemiliteran 10 tahun berikutnya seperti sebelumnya. Berkat pribadi keras dan kecerdasannya, ia merengkuh banyak kekuasaan politik. Ia habiskan malam dengan mengadakan rapat rahasia untuk merencanakan makar, yang diharapkan menghasilkan kekuasaan absolut baginya.

Khilafah Turki Utsmani Terseret Perang Dunia I

Tahun 1914 Pecah Perang Dunia Pertama. Jerman yang menguasai minyak di Irak dan mengancam sumber minyak Inggris di Iran dan Jazirah Arab, dengan kekuatan besar berambisi menguasai dunia. Inggris, Perancis dan Rusia pun bersekutu mengumumkan perang melawan Jerman. Selain beraliansi dengan Austria, Jerman membujuk Khilafah Turki Utsmani untuk ikut Perang Dunia I melawan Sekutu.

Tahun 1918 Jerman dan Austria- Hungaria dituntut meletakkan senjata. Maka berakhirlah Perang Dunia I. Kemenangan akhirnya ada di pihak Sekutu. Setelah Rusia keluar dari persekutuan dan AS kembali ke politik isolasinya, tinggallah Inggris dan Perancis membagi-bagi wilayah Khilafah Utsmani.

Ketika Inggris menduduki Istambul, ibukota Khilafah Utsmaniyah Mustafa Kemal melarikan diri ke Anatolia, tempat ia memulai perjuangan untuk pembebasan Turki. Kebiasaan berzina diteruskan Kemal pada para wanita pemburu cinta, yang berkeliaran di sekitar garnisun.

Mustafa Kemal Menjadi Pahlawan Boneka

Untuk mengakhiri Khilafah Utsmani hingga ke akar-akarnya Barat membuat skenario busuk namun licin. Mereka akan melahirkan seorang pahlawan boneka yang bisa dijadikan partner pasukan sekutu. Pahlawan ini akan menjadi harapan umat Islam yang sedang dilanda keputusasaan. Pilihan mereka jatuh kepada Mustafa Kemal.

Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan "impian mereka" yang telah lama didambakan dalam pribadi Mustafa Kemal, seorang yang memiliki watak diktator. Hubungan antara intelijen Inggris dan Kemal dilakukan melalui perantaraan seorang intelijen bernama Amstrong yang memiliki hubungan dekat dengan Kemal.

Skenario ini dilaksanakan. Di akhir Perang Dunia I Mustafa Kemal memimpin pasukan pertahanan Turki melawan Pasukan Sekutu Eropa dan Yunani yang menguasai Izmir. Mustafa Kemal mendengungkan spirit Jihad di Turki, mengangkat al-Qur`an dan membuat orang-orang Inggris menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata apa pun.

Tanpa mengalami banyak kesulitan, Mustafa Kemal berhasil menguasai beberapa tempat strategis. Dunia Islam menyambutnya dengan penuh antusias dan memberinya gelar "ghazi" (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Saat Yunani kalah dan Turki menang, rakyat mabuk kemenangan, dan memuja Mustafa Kemal sebagai sang Penyelamat. Ia digelari Pembela Kebenaran. Berbagai pengakuan para diplomat asing makin meneguhkan kedudukannya sebagai pahlawan Turki melawan Barat. Para khatib menyambutnya dengan sangat hangat. Para penyair memujinya. Ahmad Syauqi, misalnya dalam sebuah awal baitnya menyejajarkan Mustafa Kemal dengan Khalid bin Walid si pedang Allah dengan syairnya.

"Allahu Akbar, betapa banyak penaklukan yang demikian mengagumkan wahai Khalid Turki, perbaharuilah kepahlawanan Khalid Arab!"

Ya, sebuah skenario jahat yang luar biasa sukses!

Sekarang Mustafa Kemal menjadi seorang panglima militer yang memiliki kedudukan Banyak wanita yang memujanya dengan mengenakan foto Kemal dalam locket di lehernya. Sebagai pembebas negaranya, Mustafa kemal sudah terbiasa tidur dengan para wanita yang mau dan bernafsu.

Hingga tahun 1919 M Mustafa Kemal masih bersandiwara. Untuk menutupi kebenciannya kepada Islam dan untuk meraih simpati rakyat Khilafah. Ketika dia berhasil menang atas Yunani di Ankara, ia berbicara di hadapan publik, "Sesungguhnya semua rencana akan diambil tidak dimaksudkan kecuali untuk melindungi kesultanan dan khilafah serta pembebasan sultan dan negeri ini dari perbudakan orang-orang asing."

Mustafa Mulai Membuka Topeng

Bulan April 1920 Mustafa Kemal membentuk dan memimpin Majelis Nasional Agung Turki yang berpusat di Ankara.

Tahun 1922 kaum nasionalis sekuler Turki makin merajela. Sultan Mehmet VI Vahdettin (Wahiduddin) dijatuhkan. Kelompok nasionalis ini membuat kekuasaan Khalifah ditiadakan pada tanggal 1 November 1922.

Mulailah Mustafa Kemal menampakkan kebenciannya kepada Islam. Pada tanggal 19 November 1922 melalui Majelis Nasional Turki di Ankara, Mustafa Kemal mengangkat Abdul Majid II menjadi Khalifah menggantikan Muhammad Wahiduddin yang melarikan diri. Sultan Abdul Majid ini sebenarnya hanya khalifah boneka yang sama sekali tidak memiliki kekuasaaan apa-apa.

Pada tanggal 29 Oktober 1923 kaum nasionalis sekuler Turki memproklamirkan berdirinya Republik Turki dengan Mustafa Kemal sebagai presidennya.

Tidak lama berkuasa, ia menyatakan tegas bahwa ia akan menghancurkan puing reruntuhan Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala hal berbau Islam, Turki bisa 'maju' menjadi bangsa modern yang dihormati. Tanpa ragu Kemal menyerang Islam dan pilarnya.

Pernikahan Mustafa Kemal

Mustafa Kemal akhirnya menikah juga. Ia menikah dengan Latife Usakligil.anak perempuan Ushakizade Muammer, seorang Smyrna yang kaya dan berminat pada perkapalan dan perdagangan intgernasional. Meskipun Latife orang turki yang berkulit zaitun dan memiliki mata gelap dan besar, namun ia telah belajar ilmu hukum di Eropa dan berbahasa Perancis seperti wanita Perancis. Mereka menikah di rumah ayah Latife dengan gaya Eropa sebagai upaya untuk menghapuskan adat-adat yang Islami. Dalam perkawinan Islam, pengantin laki-laki dan perempuan tidak boleh saling bertemu sampai setelah upacara akad nikah selesai. Namun, Kemal dan Latife melanggar tradisi dan mengucapkan janji setia mereka sambil duduk di atas bangku.

Setelah itu Kemal mengajak istrinya melakukan perjalanan bulan madu, dengan memanfaatkan isterinya sebagai contoh dalam kampanyenya untuk menggalakkan emansipasi terhadap wanita Turki. "Itulah cara untuk memperlakukan seorang wanita," katanya, dengan menunjuk Latife yang berdiri di sampingnya dengan mengenakan celana. Memamerkan isteri barunya dengan cara yang tidak lazim semacam itu menyulut kemarahan bagi kalangan Islam yang mereka sebut tradisionalis di antara lawan-lawan politiknya, khususnya ketika Latife tampil mengenakan gaun pendek yang mempertontonkan bagian-bagian tubuh secara terbuka pada berbagai acara pesta besar.

Tahun 1340 H/ 1923 M Mustafa Kemal menandatangani perjanjian dengan negara-negara Barat yang dikenal dengan nama Perjanjian Luzan (lausane). Perjanjian itu mewajibkan Turki menerima beberapa syarat yang dikenal dengan nama syarat Karzun (Curzon) yang empat. Karzun adalah ketua delegasi Inggris dalam pertemuan Luzan. Empat syarat itu:

1. Pemutusan Turki dari semua hal yang berhubungan dengan Islam.
2. Penghapusan Khilafah Islam untuk selama-lamanya.
3. Mengeluarkan Khalifah dan para pendukung Khilafah dan Islam dari negeri Turki serta mengambali harta khalifah.
4. Mengadopsi undang-undang sipil sebagai pengganti undang-undang Turki yang lama.

Mustafa Menjagal Khilafah

Dan tanggal 3 Maret 1924 Mustafa Kemal pun memulai proses penjagalan Khilafah yang tanpa daya. Ia memanggil semua anggota Majelis Nasional untuk mengadakan pertemuan. Malam-malam sebelumnya, Mustafa Kemal berusaha membungkam suara penentangnya dengan mengancam dengan hukuman mati bagi para pengkritik pendapatnya. Mustafa Kemal mengusulkan pada Majelis Nasional proyek pembubaran khilafah yang dia sebut sebagai "bisul sejak Abad Pertengahan" untuk selamanya dan mendirikan negara Turki sekuler. Keputusan pun diambil tanpa perdebatan. Keputusan mencakup pembuangan Khalifah pada hari berikutnya ke Swiss. Maka obor khilafah pun padam, di tangan Mustafa Kemal.

Berita Pembubaran Khilafah ini memunculkan kegundahan di seluruh dunia Islam. Karena bagaimana pun selama ini Istambul merupakan lambang kekuatan politik bagi dunia Islam. Penyair Syauqi yang sebelumnya memuji Mustafa Kemal, meratap sedih atas peristiwa yang terjadi. Di Indonesia,.kelompok modernis, seperti al-Irsyad, Muhammadiyah, Persis, Sarekat Islam dan Kelompok tradisi yang nantinya mendirikan Nahdhatul Ulama bersepakat untuk menegakkan kembali khilafah. Mereka membentuk Komite Khilafah tanggal 4 Oktober 1924 di Surabaya dengan ketua Wondosudirdjo dari Sarekat Islam dan wakil ketua K.H. Abdul Wahab Hasbullah tokoh pendiri Nahdhatul Ulama sebagai utusan dalam kongres Khilafah di Mesir.

Mustafa Mengubur Peradaban Islam

Sementara itu di Turki, setelah sukses menjagal Khilafah, mulailah Mustafa Kemal mengubur peradaban Islam dari bumi Turki.

Tahun 1925 M/ 1344 H masjid-masjid ditutup dan pemerintah memberangus semua gerakan keagamaan dengan segala kebengisannya..

Tahun itu juga, Latife yang minta diperlakukan dan dihormati sebagaimana mestinya seorang istri, dengan kasar diceraikan oleh Mustafa Kemal dan diusirnya.

Setelah bercerai, Mustafa menjadi lelaki tak tahu malu dan tak mengenal batas. Ia menjadi peminum berat dan tak bisa lepas dari miras. Sejumlah lelaki muda tampan, istri, dan putri pendukungnyapun menjadi objek pemuas syahwat dan korban agresi vital nafsunya, sampai ia menderita penyakit kelamin.

Sementara itu, gemuruh kaum oposisi Turki mulai menderu. Gemuruh itu akhirnya meledak pada 1926, ketika suku Kurdi gunung melancarkan pemberontakan bersenjata melawan rezim Kemalis. Mustafa Kemal tak buang waktu. Seluruh suku Kurdistan di Turki dibinasakan dengan bengis, desa dibakar, ternak dan hasil panen dihancurkan, perempuan dan anak-anak diperkosa dan dibantai. 46 kepala suku Kurdi digantung di depan umum. Dan terakhir, mengeksekusi Syekh Said, pemimpin suku Kurdi.

Tahun 1926/ 1345 M Syariah Islam diganti dengan hukum sipil yang diadopsi dari hukum Swiss.

Tahun itu juga Penanggalan Hijriyah diganti dengan penanggalan masehi sehingga angka tahun 1345 H dihapus di seluruh Turki dan diganti dengan 1926 M.

Tahun 1928 M/ 1347 H Teks undang-undang menghapus Turki sebagai pemerintahan Islam. Teks sumpah yang diucapkan para pejabat pemerintah saat dilantik yang sebelumnya bersumpah dengan nama Allah diganti dengan hanya mengucapkan "Dengan kehormatan mereka, mereka akan menunaikan kewajiban."

Tanggal 1 November 1928 dibuat UU tentang pengambilan dan penerapan alfabet (Latin) serta pelarangan tulisan Arab.

Tahun 1929 M/ 1348 H. Pemerintah mulai mewajibkan secara paksa untuk menggunakan huruf-huruf latin dalam penulisan bahasa Turki sebagai ganti huruf Arab yang dipakai sebelumnya. Pengajaran bahasa Arab dan Persia dihapuskan dari seluruh fakultas. Buku-buku yang terlanjur dicetak dalam huruf Arab diekspor ke Mesir, Persia dan India. Pemerintah Turki ingin memutus hubungan Turki dengan masa lalu keislaman mereka, juga memutus hubungan Turki dengan kaum muslimin di seluruh negeri Arab dan negeri Islam lainnya.

Tahun 1931-1932 M/ 1350-1351 H pemerintah membatasi jumlah masjid. Mustafa Kemal terus mencerca masjid-masjid. Dia menutup masjid utama di Istambul dan mengubah Masjid Aya Shofia menjadi museum, sedang Masjid al-Fatih dijadikan gudang!

1933 M/ 1352 H Fakultas Syariah di Universitas Istambul ditutup. Pemerintah juga menghapus pendidikan agama di sekolah-sekolah khusus.

Mustafa Kemal meniupkan ruh nasionalisme ke tengah-tengah bangsa Turki dengan selalu mendengung-dengungkan. "Sesungguhnya Turki adalah pemilik peradaban yang paling tua di dunia. Sudah tiba saatnya kini untuk diambil kembali dan menggantikan peradaban Islam."

Tahun itu juga Mustafa Kemal melalui Majelis Nasional (National Assembly) kemudian menyandangkan gelar Ataturk pada dirinya, yang berarti Bapak orang-orang Turki.

Mustafa Kemal Ataturk memerintahkan penerjemahan al-Qur`an ke dalam bahasa Turki, sehingga kehilangan makna-maknanya dan cita rasa bahasanya. Puncaknya, dia memerintahkan agar adzan dilakukan dengan menggunakan bahasa Turki!

Tanggal 3 Desember 1934 dibuat UU tentang larangan memakai busana tradisional yang Islami.

Pemerintah memerintahkan kaum wanita untuk menanggalkan jilbab dan membiarkan mereka berkeliaran dimana-mana tanpa mengenakan jilbab. Pemerintah juga menghapuskan kepemimpinan kaum lelaki atas wanita dengan semboyan demi kebebasan dan kesetaraan jender. Pemerintah mendorong diselenggarakannya pesta-pesta tari dan drama-drama yang menggabungkan lelaki dan perempuan.

Tahun 1935 M Pemerintah Turki mengubah hari libur resmi Jumat menjadi hari Minggu yang dimulai Sabtu Zhuhur hingga Senin pagi.

Pengaruh Mustafa Kemal ke Dunia Islam

Langkah-langkah yang diambil Mustafa Kemal ini memiliki dampak yang luas di Mesir, Afghanistan, Iran, India dan Turkistan serta kawasan dunia Islam lainnya, termasuk Indonesia. Langkah-langkah ini memberi peluang bagi kalangan yang menyeru pada westernisasi dengan menjadikan Turki sebagai teladan utama saat menyatakan tentang kemajuan dan kebangkitan. Media-media yang orientasinya memusuhi Islam menyambut gembira apa yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Media-media itu menyebarkan apa yang dikatakan oleh Ataturk dengan ungkapannya, "Turki baru, sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun dengan agama." Atau, saat lain ia memegang al-Qur`an di tangannya dan dengan congkaknya menyatakan, "Sesungguhnya kemajuan bangsa-bangsa tidak mungkin dilakukan dengan menerapkan hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang telah berlalu beberapa abad lamanya." Na'udzubillahi min dzalik!

Mustafa Kemal yang telah murtad ini selalu berkoar di mimbar-mimbar agar rakyat Turki meniru apa yang ada di Barat Salibis dan mengajak pada kebebasan yang berbau kekufuran bagi kalangan wanita Turki. Mustafa mengajak pada degradasi akhlak dengan anggapan bahwa minum minuman keras, judi dan perzinahan tak lain sebagai gambaran dari tingginya peradaban dan kemajuan.

Setelah menghukum mati teman-teman yang dulu seperjuangan dengannya, kini Mustafa Kemal jadi diktator absolut bagi Turki sekuler.

Kematian Mustafa Kemal

Tahun 1938 M, kesehatan Mustafa Kemal Ataturk memburuk, dan meninggal dunia pada tanggal 10 November 1938/ 1356 H dalam kondisi terkena penyakit pengerasan hati (cirrhosis) akibat kecanduan alkohol.

Demikianlah, akhir hayat seorang diktator sekuler liberal penjagal Khilafah. Mustafa Kemal Ataturk la'natullah 'alaihi.

Demikianlah, walau Mustafa Kemal Ataturk telah binasa, namun kader-kader dan pendukungnya di berbagai negeri, termasuk di Indonesia masih banyak. Sejarah tentang Mustafa Kemal Ataturk banyak yang disembunyikan dan diputarbalikan. Mustafa Kemal Ataturk ditulis sebagai seorang pahlawan, dan sebaliknya Khilafah yang ia jagal digambarkan dengan gambaran yang sangat kelam. Tugas kita semua meluruskan penyimpangan sejarah ini, agar anak cucu kita tak salah menilai siapa Mustafa Kemal Ataturk ini. Amin.

*) Oleh : Umar Abdullah, Penulis Naskah VCD Sejarah Daulah Khilafah Islamiyah, VCD Sejarah Pornografi, Erotisme dan Seks Bebas, dan buku Kapitalisme, The Satanic Ideology

Sumber Bacaan:

1. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Ali Muhammad Ash-Shalabi. (ad-Daulah al-'Utsmaaniyyah 'awaamilut tahwidh wa asbaabus suquuth. Maktabah Al-Iman). Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2003.
2. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islam. Abdul Qadim Zallum. (Terjemahan How The Khilafah Destroyed. Khilafah Publication. London). Al-Izzah. Bangil. 2001.
3. Para Pengkhianat. Maryam Jameelah. (Terjemahan Traitrors of Islam in Islam and Modernism. www.khilafah.org). 2003. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor. 2003.
4. Rahasia Kehidupan Seksual Para Diktator Besar. Nigel Cawthorne. (Terjemahan Sex Lives of The Great Dictators. Carlton Books. London). Penerbit Alas Publishing. Yogyakarta. 2007
5. Sejarah Para Khalifah. Hepi Andi Bastoni. Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2008.
6. www.wikipedia.org


Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe


Tuesday, March 16, 2010

[oase - resend] Penggundulan Sang Badui

Artikel Original | Simpan ke PDF
Artikel ini pernah dipublikasi oleh abufaiz97 pada Kamis, 08 September 2005 WIB

Kisah Kaum Salaf: Penggundulan Sang Badui

Kota Bashrah yang ramai dengan penduduknya yang beragam, masa itu dipimpin oleh Walikota Abu Musa al Asyari. Ia mempunyai prajurit yang gagah berani, salah satunya yang cukup luar biasa sebutlah si fulan dari suku Badui, yang terkenal polos, terbuka, dan impulsive. Fulan adalah prajurit yang gagah berani, di senangi dan disegani kawan, apalagi di tengah medan pertempuran.

Suatu hari, usai suatu pertempuran, tidak seperti biasanya, fulan langsung menghadap Abu Musa. Entah karena ada dorongan apa, ia datang untuk meminta ghanimah hasil peperangan yang menjadi hak miliknya. Dengan tepat, seperti yang diingatnya, fulan menyebutkan jumlah ghanimah haknya. Jumlah yang diminta nya cukup besar dan membuat kaget Abu Musa.

Setengah percaya dan tidak Abu Musa merenung. Bagaimana membuktikan kebenaran jumlah itu? Dan, bagaimana kalau seluruh prajurit terprovokasi menuntut hal yang sama? Akhirnya, Abu Musa memanggil si Badui dan menyerahkan hanya separo dari yang diminta. Namun, di luar dugaan Abu Musa, si fulan marah. Dengan nada kasar, ia mendesak Abu Musa agar memberikan glianimah haknya sesuai dengan jumlah yang disebutkan.

Maka ketegangan pun tak terhindarkan. Suasana menjadi panas. Abu Musa merasa keputusannya sudah tepat, sementara si Badui merasa yakin dengan hitungannya. Dengan marah ia menolak keputusan sang walikota. Sebagai walikota yang bertanggung jawab atas ketenteraman kota, Abu Musa khawatir kalau penentangan si Badui akan dicontoh prajurit lain, sehingga sulit diatur. Kalau itu terjadi, celakalah kota Bashrah. Keamanan kota menjadi lemah. Bila jadi, yang akan susah adalah kaum muslimin juga. Hal ini tak boleh terjadi, menurut Abu Musa.

Maka Abu Musa mengambil keputusan untuk menghukum si fulan karena penentangannya atas ketetapan walikota dan sebagai pelajaran bagi prajurit lain agar tidak menentang pemimpin mereka. Hukumannya adalah 20 kali cambuk dan cukur gundul.

Hari eksekusi pun tiba. Dengan marah si Badui menerima hukuman itu. la merasa ini adalah ketidakadilan. Mengapa orang yang menuntut haknya malah harus menerima hukuman 20 kali cambuk dan kepala diplontos? Padahal Islam mengajarkan keadilan dan bukan penghinaan. Islam mengajarkan pemenuhan hak bukan keangkuhan.

Si Badui sungguh merasa terhina. Apalagi banyak prajurit yang mentertawai ketika penggundulan kepala itu dilakukan. Mereka sepertinya memandang lucu kepada dirinya. Panas membara di hati si Badui. Dengan wajah merah padam dipunguti rambutnya di tengah suara tawa prajurit yang lain. Dia bertekad akan melaporkan ketidakadilan ini kepada Amirul Mukminin, Umar ibnul Khaththab.

Maka pergilah ia menemui Amirul Mukminin ke Madinah dan langsung masuk ke majelis Umar ibnul Khaththab. Dengan marah dia masuk sambil melempar potongan rambut ke hadapan Umar. Tampak kemarahan yang sangat dari wajah dan gerakan si Badui. Hadirin majelis tampak kaget. "Betapa beraninya orang ini. Seorang rakyat biasa berbuat tidak sopan di hadapan Umar dengan melemparkan potongan rambut"' kata hati mereka. Mereka cemas dengan apa yang akan terjadi karena mereka mengetahui ketegasan Umar ibnul Khaththab.

Tapi nampaknya Umar tetap tersenyum ramah kepada si Badui. Sementara itu, dengan lantang dan marah si Badui berteriak,"kalau aku tidak takut......", dan Umar langsung menyambutnya dengan bij aksana, "Ya benar, kalau. kau tidak takut akan api neraka, lalu kenapa?" Akhirnya berceritalah si Badui tentang apa yang dialaminya di Bashrah.

Umar mendengarkan dengan saksama. Setelah itu, ia menulis surat kepada Abu Musa yang intinya, "Seorang rakyatmu telah datang menghadapku di Madinah. Bersiaplah menerima pembalasan kalau engkau melaksanakannya di depan umum, begitu pula kalau kau melaksanakannya secara tersembunyi."

Membaca surat Umar, Abu Musa terkesiap dan menyadari kesalahannya, yakni tidak memenuhi hak si Badui dan malah menghukumnya. Kesadaran dan kesalehan Abu Musa mendorongnya untuk segera melaksanakan perintah Umar. Sama sekali tidak ada keinginan untuk menunda, apalagi menyembunyikannya. "Biarlah hancur kewibawaanku di hadapan rakyat, yang penting aku telah menebus kesalahanku, dan memenuhi hak orang lain. Apa artinya rasa malu di dunia, ketimbang pertanyaan Allah swt. kelak di akhirat," Abu Musa membatin.

Berbeda dengan Abu Musa, sejak kepulangan dari Madinah, si Badui tampak ceria. Kegusarannya hilang tanpa bekas karena telah diterima dengan baik oleh Amirul Mukminin dan sekarang ia dapat membalas perbuatan walikota serta membersihkan kehormatannya.

Keceriaan dan kebijaksanaan Khalifah Umar membuat si Badui kagum. Dalam hatinya muncul perasaan bersalah. "Mengapa saya harus balas dendam, kepada walikota, padahal keputusan walikota itu tentu atas pertimbangan cermat dalam rangka mengatur prajurit serta harta pampasan perang? Bagaimana kalau seluruh prajurit bertindak seperti dirinya, apakah tidak menimbulkan kekacauan? Bagaimana pula kalau seluruh prajurit menentang perintah walikota, apa yang akan terjadi dengan keamanan kaum muslimin Bashrah?" batin si Badui. Tetap terselip dalam hati si Badui bahwa ada unsur kebenaran dalam tindakan sang walikota.

Hari pembalasan pun tiba. Abu Musa tertunduk lesu. Pejabat kota dan rakyat pada umumnya merasa marah dengan si Badui dan iba terhadap Abu Musa. "Bagaimana hal ini bisa terjadi? Seorang walikota yang saleh, terhormat, dan sahabat Rasulullah saw. diperlakukan seperti ini oleh seorang rakyat jelata." keluh mereka. Mereka membujuk agar si Badui memaafkan sang Walikota.
Namun, sebagian rakyat berpendapat, ini adalah hal yang baik. Pembalasan ini menunjukkan keadilan Islam. Siapapun tidak boleh melanggar hak orang lain, meskipun ia seorang walikota. Hak rakyat harus dipenuhi dan keangkuhan harus dihancurkan. Islam mengajarkan, pemimpin adalah pengayom rakyat bukan algojo yang mengeksekusi terhukum.

Aba aba sudah diberikan. Abu Musa duduk terdiam pasrah. Rakyat memejamkan mata. Iba melihat pemimpinnya diperlakukan demikian. Ada yang berteriak histeris agar si Badui membatalkan pembalasannya. Si Badui berjalan perlahan tapi pasti dengan cambuk ditangan menuju sang walikota. Suasana semakin tegang. Pertempuran terjadi di dalam hati si Badui, "Kenapa aku harus membalas dendam, bukankah detik ini kehormatanku sudah pulih? Orang sudah tahu akan kebenaranku, bahkan Amirul Mukminin juga sudah memahami semua ini. Apakah aku harus mencambuk clan menggunduli Abu Musa, yang baik pada semua orang, yang saleh dan sahabat Rasulullah saw.. Bukankahjuga dia menghukumku atas pertimbangan kemaslahatan penduduk kota? Bukan sekadar untuk mengikuti hawa nafsu¬nya. Rambutku juga sebentar lagi akan tumbuh, orang tetap akan hormat kepadaku karena keberanianku menghadap Amirul."

Dipandanginya Abu Musa yang tertunduk lesu. "Detik ini tak ada lagi yang akan menghalangiku untuk membalas sakit hati. Namun, kalau aku memaafkannya, bukankah lebih baik bagiku dan Allah swt. ridha kepadaku?" batinnya kembali. Berbagai perasaan kembali berkecamuk di dalam hati si Badui. Suasana hening. Si Badui menundukkan kepala, berpikir. Akhirnya, dengan mantap si Badui melangkah mendekati Abu Musa dan dihempaskannya cambuk dari tangannya. Dengan haru dia berkata, "Ya Allah, aku maafkan... aku maafkan. " Hatinya lega dan wajahnya pun menjadi cerah.

Maka suasana pun menjadi ramai, masyarakat bertakbir gembira. Ada yang berloncatan dan saling berpelukan, ada yang menangis gembira, dan banyak yang memuji kelembutan hati si Badui. Abu Musa segera memeluk erat si Badui, mengucapkan terima kasih. Air matanya mengalir basah. Air mata ketulusan hati dan rasa terima kasih kepada si Badui yang pernah dianiayanya. Air mata penyesalan dan tobat kepada Allah swt..

Berbuatlah adil meskipun kepada mereka yang lemah. Ruh keadilan itu akan terasa bila orang merasakan keadilan itu dari kita.

[Kisah-Kisah Teladan untuk Keluarga, Dr. Mulyanto]


Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe


Sunday, March 14, 2010

[oase] Kota Pompei yang Dijungkirbalikkan

Artikel Original | Simpan ke PDF
Dipublikasi oleh abufaiz97 pada 14 March 2010, 20:27:38 WIB

Sejarah: Kota Pompei yang Dijungkirbalikkan

"Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman (Nabinya). Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing, sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu." (QS. Al Qamar, 54: 33-36) !

Luth hidup semasa dengan Ibrahim. Luth diutus sebagai rasul atas salah satu kaum tetangga Ibrahim. Kaum ini, sebagaimana di-utarakan oleh Al Quran, mempraktikkan perilaku menyimpang yang belum dikenal dunia saat itu, yaitu sodomi. Ketika Luth menyeru mereka untuk menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampai-kan peringatan Allah, mereka mengabaikannya, mengingkari kenabi-annya, dan meneruskan penyimpangan mereka. Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan bencana yang mengerikan.

Kota kediaman Luth, dalam Perjanjian Lama disebut sebagai kota Sodom. Karena berada di utara Laut Merah, kaum ini diketahui telah di-hancurkan sebagaimana termaktub dalam Al Quran. Kajian arkeologis mengungkapkan bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut Mati yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania.

Sebelum mencermati sisa-sisa dari bencana ini, marilah kita lihat mengapa kaum Luth dihukum seperti ini. Al Quran menceritakan bagai-mana Luth memperingatkan kaumnya dan apa jawaban mereka:

"Kaum Luth telah mendustakan rasulnya, ketika saudara mereka Luth, berkata kepada mereka, "Mengapa kamu tidak bertakwa?". Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Mengapa ka-mu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas. Mereka menjawab "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang yang diusir". Luth berkata ''Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu ''." (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 160-168 ) !

Sebagai jawaban atas ajakan ke jalan yang benar, kaum Luth justru mengancamnya. Kaumnya membenci Luth karena ia menunjuki mereka jalan yang benar, dan bermaksud menyingkirkannya dan orang-orang yang beriman bersamanya. Dalam ayat lain, kejadian ini dikisahkan se-bagai berikut:

"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah ) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?". Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan para pengikutnya) dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri ." (QS. Al A''raaf, 7: 80-82) !

Luth menyeru kaumnya kepada sebuah kebenaran yang begitu nyata dan memperingatkan mereka dengan jelas, namun kaumnya sama sekali tidak mengindahkan peringatan macam apa pun dan terus menolak Luth dan tidak mengacuhkan azab yang telah ia sampaikan kepada mereka:

"Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: "Sesungguh-nya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang sebelumnya belum pernah dikerjakan oleh seorang pun dari umat-umat sebelum kamu". Apakah sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki, menyamun, dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?" Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya menga-takan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar." ( QS. Al ''Ankabuut, 29: 28-29) !

Karena menerima jawaban sedemikian dari kaumnya, Luth meminta pertolongan kepada Allah.

"Ia berkata: "Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu." (QS. Al ''Ankabuut, 29: 30) !

"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan." ( QS. Asy-Syu''araa'', 26:169) !

Atas doa Luth tersebut, Allah mengirimkan dua malaikat dalam wu-jud manusia. Kedua malaikat ini mengunjungi Ibrahim sebelum menda-tangi Luth. Di samping membawa kabar gembira kepada Ibrahim bahwa istrinya akan melahirkan seorang jabang bayi, kedua utusan itu menjelas-kan alasan pengiriman mereka: Kaum Luth yang angkara akan dihan-curkan:

"Ibrahim bertanya, "Apakah urusanmu hai para utusan?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah yang (keras), yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk (membi-nasakan) orang-orang yang melampaui batas." (QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 31-34) !

"Kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, kecuali istrinya. Kami telah menentukan bahwa sesungguhnya ia itu termasuk orang-orang yang tertinggal (bersama-sama dengan orang kafir lainnya)." (QS. Al Hijr, 15: 59-60) !

Setelah meninggalkan Ibrahim, para malaikat yang dikirim sebagai utusan lalu mendatangi Luth. Karena belum pernah bertemu utusan sebe-lumnya, Luth awalnya merasa khawatir, namun kemudian ia merasa te-nang setelah berbicara dengan mereka.

"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepa-da Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena keda-tangan mereka, dan dia berkata, "Inilah hari yang amat sulit." (QS. Huud, 11: 77) !

"Ia berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak di-kenal". Para utusan menjawab: "Sebenarnya kami ini datang kepa-damu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. Dan ka-mi datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang yang benar. Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutilah mereka dari belakang dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu". Dan Kami telah wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bah-wa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh." (QS. Al Hijr, 15 : 62-66) !

Sementara itu, kaum Luth telah mengetahui bahwa ia kedatangan tamu. Mereka tidak ragu-ragu untuk mendatangi tamu-tamu tersebut de-ngan niat buruk sebagaimana terhadap yang lain-lain sebelumnya. Mere-ka mengepung rumah Luth. Karena khawatir atas keselamatan tamunya, Luth berbicara kepada kaumnya sebagai berikut:

"Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka jangan-lah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina." (QS. Al Hijr, 15 : 68-69) !

Kaum Luth menjawab dengan marah:

"Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (me-lindungi) manusia." (QS. Al Hijr, 15: 70) !

Merasa bahwa ia dan tamunya akan mendapatkan perlakuan keji, Luth berkata:

"Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu akan aku lakukan)." (QS. Huud, 11: 80) !

"Tamu"-nya mengingatkannya bahwa sesungguhnya mereka adalah utusan Allah dan berkata:

"Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan da-pat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang pun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat ?" (QS. Huud, 11 : 81) !

Ketika kelakuan jahat warga kota memuncak, Allah menyelamatkan Luth dengan perantaraan malaikat. Pagi harinya, kaum Luth dihancur-leburkan dengan bencana yang sebelumnya telah ia sampaikan.

"Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal." (QS. Al Qamar, 54: 37-38) !

Ayat yang menerangkan penghancuran kaum ini sebagai berikut :

"Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, keti-ka matahari akan terbit. Maka kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu belerang yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang meperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia)." (QS. Al Hijr, 15: 73-76) !

"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim." (QS. Huud, 11: 82-83) !

"Kemudian Kami binasakan yang lain, dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu belerang), maka amat kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. Sesungguh-nya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesung-guhnya Tuhanmu, benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang." (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 172-175) !

Ketika kaum tersebut dihancurkan, hanya Luth dan pengikutnya, yang tidak lebih dari "sebuah keluarga", yang diselamatkan. Istri Luth sendiri juga tidak percaya, dan ia juga dihancurkan.

"Dan (Kami juga yang telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerja-kan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelumnya?". Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mere-ka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang me-lampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura me-nyucikan diri". Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengi-kutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu belerang), maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang memperturutkan dirinya dengan dosa dan kejahatan itu." (QS. Al A''raaf, 7: 80-84) !

Demikianlah, Nabi Luth diselamatkan bersama para pengikut dan keluarganya, kecuali istrinya. Sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Lama, ia (Luth) berimigrasi bersama Ibrahim. Akan halnya kaum yang sesat itu, mereka dihancurkan dan tempat tinggal mereka diratakan de-ngan tanah.

Tanda-Tanda yang Nyata di Danau Luth

Ayat ke-82 Surat Huud dengan jelas menyebutkan jenis bencana yang menimpa kaum Luth. "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri Kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi."

Pernyataan "menjungkirbalikkan (kota)" bermakna kawasan terse-but diluluhlantakkan oleh gempa bumi yang dahsyat. Sesuai dengan ini, Danau Luth, tempat penghancuran terjadi, mengandung bukti "nyata" dari bencana tersebut.

Kita kutip apa yang di-katakan oleh ahli arkeologi Jerman bernama Werner Keller, sebagai berikut:

"Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis me-lewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam sa-tu hari terjerumus ke ke-dalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui se-buah peristiwa gempa bu-mi dahsyat yang mung-kin disertai dengan letus-an, petir, keluarnya gas alam serta lautan api."


Pandangan dari atas gunung-gunung di sekitar danau Luth

Malahan, Danau Luth, atau yang lebih dikenal dengan Laut Mati, terletak tepat di puncak suatu kawasan seismik aktif, yaitu daerah gempa bumi:

"Dasar dari Laut Mati berdekatan dengan runtuhan yang berasal dari peristiwa tektonik. Lembah ini terletak pada sebuah tegangan yang merentang antara Danau Taberiya di Utara dan tengah-tengah Danau Arabah di Selatan."

Peristiwa tersebut dilukiskan dengan "Kami menghujani mereka de-ngan batu belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi" pada bagian akhir ayat. Ini semua mungkin berarti letusan gunung api yang terjadi di tepian Danau Luth, dan karenanya cadas dan batu yang meletus berbentuk "terbakar" (kejadian serupa diceritakan da-lam ayat ke-173 Surat Asy-Syu''araa'' yang menyebutkan: "Kami menghu-jani mereka (dengan belerang), maka amat kejamlah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu.")


Foto-foto Danau Luth yang diambil dari satelit.

Berkaitan dengan hal ini, Werner Keller menulis :

"Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur."

Lava dan lapisan basal merupakan bukti terbesar bahwa letusan gu-nung api dan gempa bumi pernah terjadi di sini. Bencana yang dilukiskan dengan ungkapan "Kami menghujani mereka dengan batu belerang keras sebagaimana tanah liat yang terbakar secara bertubi-tubi" dalam Al Quran besar kemungkinan menunjuk letusan vulkanis ini, dan Allah-lah Yang Mahatahu. Ungkapan "Ketika firman Kami telah terbukti, Kami jungkir-balikkan (kota)", dalam ayat yang sama, mestilah menunjuk pada gempa bumi yang meng-akibatkan letusan gunung api di atas permukaan bu-mi dengan akibat yang dahsyat, serta retakan dan reruntuhan yang diaki-batkannya, dan hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.

"Tanda-tanda nyata" yang disampaikan oleh Danau Luth tentu sangat menarik. Umumnya, ke-jadian yang diceritakan dalam Al Quran terjadi di Timur Tengah, Jazirah Arab, dan Mesir. Tepat di tengah-tengah semua ka-wasan ini terletak Danau Luth. Danau Luth, serta sebagian peristiwa yang terjadi di sekitarnya, pa-tut mendapat perhatian secara geologis. Danau tersebut diperkirakan berada 400 meter di bawah permukaan Laut Tengah. Karena lokasi ter-dalam dari danau tersebut adalah 400 meter, dasarnya berada di keda-laman 800 meter di bawah Laut Tengah. Inilah titik yang terendah di seluruh permukaan bumi. Di daerah lain yang lebih rendah dari permu-kaan laut, paling dalam adalah 100 meter. Sifat lain dari Danau Luth adalah kandungan garamnya yang sangat tinggi, kepekatannya hampir mencapai 30%. Oleh karena itu, tidak ada organisme hidup, semacam ikan atau lumut, yang dapat hidup di dalam danau ini. Hal inilah yang menyebabkan Danau Luth dalam literatur-literatur Barat lebih sering disebut sebagai " Laut Mati".


Sebuah ilustrasi yang menunjukkan letusan gunung berapi dan keruntuhan yang mengikutinya, yang memusnahkan seluruh kaum.

Kejadian yang menimpa kaum Luth, yang disebutkan dalam Al Quran berdasarkan perkiraan terjadi sekitar 1.800 SM. Berdasarkan pada penelitian arkeologis dan geologis, peneliti Jerman Werner Keller mencatat bahwa kota Sodom dan Gomorah benar-benar berada di lembah Siddim yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth, dan bahwa pernah terdapat situs yang besar dan dihuni di daerah itu.

Karakteristik paling menarik dari struktur Danau Luth adalah bukti yang menunjukkan bagaimana peristiwa bencana yang diceritakan dalam Al Quran terjadi:

Pada pantai timur Laut Mati, semenanjung Al Lisan menjulur seperti lidah jauh ke dalam air. Al Lisan berarti "lidah" dalam ba-hasa Arab. Dari daratan tidak tampak bahwa tanah berguguran di bawah permukaan air pada su-dut yang sangat luar biasa, me-misahkan laut menjadi dua ba-gian. Di sebelah kanan semenan-jung, lereng menghunjam tajam ke kedalaman 1200 kaki. Di sebe-lah kiri semenanjung, secara luar biasa kedalaman air tetap dang-kal. Penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa kedalam-annya hanya berkisar antara 50 - 60 kaki. Bagian dangkal yang luar biasa dari Laut Mati ini, mulai dari semenanjung Al Lisan sampai ke ujung paling Selatan, dulunya merupakan Lembah Siddim.

Werner Keller menenggarai bahwa bagian dangkal ini, yang ditemu-kan terbentuk belakangan, merupakan hasil dari gempa bumi dahsyat yang telah disebutkan di atas. Di sinilah Sodom dan Gomorah berada, yakni tempat kaum Luth pernah hidup.

Suatu ketika, daerah ini dapat dilintasi dengan berjalan kaki. Namun sekarang, Lembah Siddim, tempat Sodom dan Gomorah dahulunya ber-ada, ditutupi oleh permukaan datar bagian Laut Mati yang rendah. Ke-runtuhan dasar danau akibat bencana alam mengerikan yang terjadi di awal alaf kedua sebelum Masehi mengakibatkan air garam dari utara mengalir ke rongga yang baru terbentuk ini dan memenuhi lembah sungai dengan air asin.

Jejak-jejak Danau Luth dapat terlihat.... Jika seseorang bersampan me-lintasi Danau Luth ke titik paling utara dan matahari sedang bersinar pada arah yang tepat, maka ia akan melihat sesuatu yang sangat me-nakjubkan. Pada jarak tertentu dari pantai dan jelas terlihat di bawah permukaan air, tampaklah gambaran bentuk hutan yang diawetkan oleh kandungan garam Laut Mati yang sangat tinggi. Batang dan akar di bawah air yang berwarna hijau berkilauan tampak sangat kuno. Lembah Siddim, di mana pepohonan ini dahulu kala bermekaran daunnya menutupi batang dan ranting merupakan salah satu tempat terindah di daerah ini. Aspek mekanis dari bencana yang menimpa kaum Luth diungkapkan oleh para peneliti geologi. Mereka mengungkapkan bahwa gempa bumi yang menghancurkan kaum Luth terjadi sebagai akibat rekahan yang sangat panjang di dalam kerak bumi (garis patahan) sepan-jang 190 km yang membentuk dasar sungai Sheri''at. Sungai Sheri''at membuat air terjun sepanjang 180 meter keseluruhannya. Kedua hal ini dan fakta bahwa Danau Luth berada 400 meter di bawah permukaan laut adalah dua bukti penting yang menunjukkan bahwa peristiwa geologis yang sangat hebat pernah terjadi di sini.


Sisa-sisa dari kota yang terkubur ke dalam danau, ditemukan di tepian danau. Peninggalan ini menunjukkan bahwa kaum Luth telah memiliki standar hidup yang cukup tinggi.

Struktur Sungai Sheri''at dan Danau Luth yang menarik hanya merupakan sebagian kecil dari re-kahan atau patahan yang melintas dari kawasan bumi tersebut. Kon-disi dan panjang rekahan ini baru ditemukan akhir-akhir ini.

Rekahan tersebut berawal da-ri tepian Gunung Taurus, meman-jang ke pantai selatan Danau Luth dan berlanjut melewati Gurun Arabia ke Teluk Aqaba dan terus melintasi Laut Merah, dan ber-akhir di Afrika. Di sepanjangnya teramati kegiatan-kegiatan vulkanis yang kuat. Batuan basal hitam dan lava terdapat di Gunung Galilea di Israel, daerah dataran tinggi Yordan, Teluk Aqaba, dan daerah sekitarnya.


Pemandangan di Danau Luth

Seluruh reruntuhan dan bukti geografis tersebut menunjukan bahwa bencana geologis dahsyat pernah terjadi di Danau Luth. Werner Keller menulis:

Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorrah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui sebu-ah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam serta lautan api. Pergeseran patahan membang-kitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Jordania dekat Bashan masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur.

National Geographic edisi Desember 1957 menyatakan sebagai berikut:

"Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di atas Laut Mati. Belum pernah seorang pun menemukan kota Sodom dan Gomorrah yang dihancurkan, namum para akademisi percaya bahwa mereka berada di lembah Siddim yang melintang dari tebing terjal ini. Kemungkinan air bah dari Laut Mati menelan mereka setelah gempa bumi."

Pompei Berakhir Serupa

Al Quran memberi tahu kita dalam ayat berikut bahwa tidak ada perubahan dalam hukum Allah.

"Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuatnya sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mere-ka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Ren-cana itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlaku-nya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang ter-dahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah." (QS. Faathir, 35: 42-43) !


Ilustrasi Kemegahan Kota Pompei

Ya, "tidak akan ditemukan perubahan dalam sunnah Allah". Siapa pun, yang menentang hukum-Nya dan memberontak terhadap-Nya, akan menghadapi hukum suci yang sama. Pompei, sebuah simbol keme-rosotan Kekaisaran Romawi, juga melakukan perilaku seksual menyim-pang. Kesudahannya pun serupa dengan kaum Luth.

Kehancuran Pompei disebabkan oleh letusan gunung Vesuvius.

Gunung Vesuvius adalah simbol bagi Italia, terutama kota Naples. Karena berdiam diri selama dua ribu tahun terakhir, Vesuvius dinamai "Gunung Peringatan". Gunung ini dinamai demikian bukannya tanpa sebab. Bencana yang menimpa Sodom dan Gomorrah sangat mirip dengan bencana yang menghancurkan Pompei.

Di sebelah kanan Vesuvius terletak kota Naples dan di sebelah timur terletak Pompei. Lava dan debu dari letusan vulkanis dahsyat yang terjadi dua alaf yang lalu memerangkap warga kota tersebut. Bencana tersebut terjadi begitu tiba-tiba, sehingga segala sesuatu di kota itu terperangkap di tengah kehidupan sehari-hari dan hingga kini tetap seperti apa adanya dua alaf yang lalu. Seolah waktu telah dibekukan.

Pemusnahan Pompei dari muka bumi dengan bencana seperti ini bu-kan tanpa alasan. Catatan historis menunjukkan bahwa kota tersebut ada-lah sarang foya-foya dan perilaku menyimpang. Kota ini dikenal dengan meningkatnya pelacuran begitu tinggi sampai-sampai jumlah rumah bordil tidak terhitung lagi. Tiruan alat kelamin dalam ukuran aslinya di-gantungkan di depan pintu-pintu rumah bordil. Menurut tradisi yang ber-akar dari kepercayaan Mithra ini, organ seksual dan persetubuhan tidak seharusnya disembunyikan, namun dipertontonkan secara terang-terangan.


Jejak-jejak mayat yang terawetkan di Pompei

Namun lava Vesuvius telah menyapu bersih seluruh kota dari peta dengan seketika. Segi yang paling menarik dari peris-tiwa ini adalah bahwa tidak ada seorang pun melarikan diri walau demikian hebohnya letusan Vesuvius. Sepertinya mereka sama sekali tidak menyadari bencana tersebut, seolah-olah mereka sedang ter-kena mantra. Sebuah keluarga yang sedang menyantap makanan mereka membatu saat itu juga. Banyak pasangan ditemukan membatu dalam keadaan sedang berhubungan badan. Hal yang paling menarik adalah bahwa terdapat pasangan berjenis kelamin sama dan pasangan muda-mudi yang masih kecil. Wajah dari beberapa jasad membatu yang digali dari Pompei tidak rusak, ekspresi wajah-wajah tersebut pada umumnya menun-jukkan kebingungan.

Di sinilah terdapat aspek yang paling tak terpahami dari bencana itu. Bagaimana mungkin ribuan orang yang menunggu untuk dijemput maut tanpa melihat dan mendengar apa pun?

Aspek ini menunjukkan bahwa musnahnya Pompei mirip dengan peristiwa-peristiwa penghancuran yang disebutkan dalam Al Quran, karena Al Quran secara jelas menyebutkan "pembinasaan yang tiba-tiba" ketika menceritakan berbagai peristiwa itu. Sebagai contoh, "warga kota" yang disebutkan dalam Surat Yaasiin mati seketika secara bersamaan. Keadaan ini diceritakan dalam Surat Yaasiin ayat 29 sebagai berikut:

"Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati."

Dalam ayat 31 Surat Al Qamar, sekali lagi "pembinasaan seketika" ditekankan ketika penghancuran kaum Tsamud dikisahkan:

"Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput ke-ring (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang."

Kematian warga kota Pompei terjadi seketika sebagaimana peristiwa-peristiwa yang diceritakan pada ayat-ayat di atas.



Mayat-mayat lain yang terawetkan di Pompei

Meskpun demikian, tidak banyak hal yang berubah di tempat Pompei pernah berdiri. Daerah Naples, tempat terjadinya kerusakan, tidak mengalami yang terjadi di daerah Pompei yang tidak bermoral. Kepulauan Capri adalah basis bagi kaum homoseksual dan kaum nudis bertempat tinggal. Kepulauan Capri ditampilkan sebagai "surga homoseksual" da-lam iklan pariwisata. Tidak hanya di kepulauan Capri dan di Italia saja, namun hampir di seluruh dunia kemerosotan moral yang sama sedang terjadi, dan manusia tetap berkeras untuk tidak mengambil pelajaran dari pengalaman mengerikan kaum-kaum terdahulu.

[Harun Yahya]



Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe


Thursday, March 11, 2010

[oase] Belajar Berakhlak

Artikel Original | Simpan ke PDF
Dipublikasi oleh abufaiz97 pada 12 March 2010, 04:57:14 WIB

Lembar Jum'at: Belajar Berakhlak

Masyarakat kota besar tentu pernah naik bus yang penuh sesak, berhimpit dan berjubel antara penumpang. Laki-laki dan perempuan saling berdempetan. Buat sebagian orang yang tidak memiliki akhlak dan itikad baik, mungkin saat seperti itu dilihatnya sebagai kesempatan melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Ditambah lagi kalau wanita yang diperlakukan dengan tidak layak itu diam saja, maka perlakuan tidak berakhlak itu akan semakin menjadi.

Padahal, sejak kecil kita akrab dengan pesan-pesan moral dan harus berbaik akhlak. Kita tentu ingat pesan guru, bagimana bersikap dan bertingkah laku sebagai seorang pelajar. Di surau-surau selepas maghrib pun para guru mengaji, selalu berpesan tentang pentingnya berakhlak ahsan. Pelajaran akhlak menjadi materi utama. Berlaku jujur, sopan, dan bersikap selalu ramah kepada orang lain jadi pesan yang paling sering disampaikan.

Sebagai agama yang haq, Islam menjadi sumber kekuatan abadi dalam menumbuhkembangkan akhlak. Islam menjadi bahan bakar utama melahirkan ihsan takwa. Orang-orang mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa Islam adalah sumber akhlak. Akhlak yang tumbuh subur menjadikan kita dermawan, berani, adil, dan dapat dipercaya. Akhlak juga akan membimbing kita menjadi arif, jujur, setia, serta memiliki kasih dengan segala sifat yang utama. Akhlak juga yang akan menjauhkan kita dari sifat takut, bakhil, maksiat, menipu, dusta, juga jauh dari semua sifat yang rendah.

Akhlak Islami, inilah yang paling diperlukan bagi kita semua. Lebih dari sekedar standar kebaikan manusia biasa. Akhlah Islamiyah memiliki kekhususan dan menuntut kekhususan pula.

Pertama adalah kebajikan yang mutlak. Akhlak yang mampu menjamin kebajikan sempurna, menyeluruh, dan bersih dari mementingkan diri sendiri atau mengutamakan segolongan manusia terhadap orang lain. Islam memerintahkan seseorang bergairah melaksanakan kebajikan. Islam mencegahnya dari perbuatan yang buruk dan memerangi keburukan. Sifat pemurah yang diasah semata-mata hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, rindu pahala dari-Nya, mendamba cinta-Nya. Memberi enjadi hobi utama, berkorban merupakan keinginannya dan semua dilakukan secara diam-diam karena hanya ingin diketahui oleh Allah SWT saja.

"Orang dermawan itu dekat kepada Allah, dekat kepada syurga, dekat kepada manusia dan jauh dari neraka. Sedangkan orang kikir iru jauh dari Allah, jauh dari syurga, jauh dari manusia dan dekat kepada neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih dicintai Allah daripada ahli ibadah tapi kikir." (HR. Tirmidzi).

Kedua kebaikan yang merata. Kebaikan yang dilakukan untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan disegala tempat. Islam menciptakan akhlak yang mulia serta luhur dan sangat sesuai fitrah manusia. Karenanya ia akan mudah diterima oleh hati yang hidup serta akal yang sehat. "Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kemampuannya". (QS, Al-An'am: 152)

Begitulah Islam sebagai agama dan sebagai pegangan hidup, memandang persamaan antara hak dan kewajiban, pahala dan siksa. Sampai akhir zaman akhlak Islamiyah ini akan menjadi konsep hidup mulia yang tidak akan tertandingi, menjadi sarana untuk menolong orang-orang teraniaya, member bantuan kepada mereka yang tertindas dan untuk selanjutnya menegakkan keadilan bagi meraka yang lemah.

Ketiga, kewajiban yang dipatuhi. Mematuhi yang wajib dan menaati yang benar adalah cerminan pengabdian pada sesuatu yang telah diatur dengan penuh kesadaran demi kemaslahatan diri, kelompok atau umat. Kekuasaan mutlak Allah SWT, dan kewajiban tak tertawar bagi makhluknya untuk menjalankan pengabdian sebagai cerminan pengharapan cinta-Nya. "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Kewajiban tersebut ditatati dan desenangi karena merupakan perintah atau larangan dari Allah SWT, sehingga setiap manusia terdidik atas kewajiban dan merasa terikat dengan kebaikan. Dengan cara itu pula, seorang muslim mampu mendekatkan diri pada posisi yang paling dekat dengan penciptanya.

Terakhir adalah pengawasan yang menyeluruh atau muraqabbatullah. Akhlak ciptaan manusia tentu saja tidak sebanding jika diimbang dengan kekuatan akhlak Islamiyah yang memiliki pengaruh sedahsyat dan sebesar apa yang Allah SWT telah tuangkan dalam wahyu-Nya yang tertulis dan terabadikan dalam al-Quran. Seorang muslim akan merasakan suatu pengawasan yang kuat, bersumber dari kekuatan yang Maha. Hati nurani pun menjadi hidup, karena bersandar pada agama dan seluruh tubuh dapat merasakan pancaran kekuatannya. "Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah, apabila segumpal darah itu baik, maka seluruh tubuh pun menjadi baik. Apabila segumpal darah itu rusak, seluruh tubuh pun menjadi rusak, ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati". (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhlak Islamiyah sudah saatnya ditinggikan, dengan demikian amalan baik akan mengiringi. Lalu lahirlah seribu orang dermawan, sepuluh ribu orang penegak keadilan, seratus ribu orang jujur dan dapat dipercaya. Lalu mereka semua berjalan beriringan, bergandeng tangan membangun barisan dan memenangkan kalimat Allah dan mewujudkan rahmat untuk semesta alam.

Sabili No. 15 Th. XI.


Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe


Sunday, March 7, 2010

[oase - resend] Selamat jalan 'the champion'

Artikel Original | Simpan ke PDF
Artikel ini pernah dipublikasi oleh abufaiz97 pada Selasa, 23 September 2003 WIB

Kisah Kehidupan: Selamat jalan 'the champion'

source: milist DT

Wajah tirus Hani dengan kepala tak berambut sedikit bergerak. Mata cekung, dulu jenaka yang menyimpan banyak keceriaan dan keoptimistisan, kini ia memandangku dan mengerjap dengan layu. Seakan-akan ada yang ingin diungkapkannya. Kuhampiri tubuh yang lemah itu, dan kugenggam tangannya.

"Ada apa, Han..?"

Suara tilawah Al Quran Mama terhenti ketika menyadari ada sesuatu yang diminta Hani.

"Kenapa, sayang..? Ada yang sakit?." Tanya mama dengan suara parau.

Sudah sekian hari, Mama memang banyak menangis untuk Hani. Di tiap-tiap malamnnya, Mama mengucurkan air mata, memohon kepada Allah, untuk mau mendengar "bargaining" di dalam doa-doa Mama. Agar Allah mau mengulur waktu untuk Hani sampai beberapa waktu saja. Mulut Hani bergerak-gerak, kudekatkan telingaku pada wajahnya, agar dapat menangkap apa yang diungkapkannya.

"Asy..ha..du alla..."

Tiba-tiba aku menyadari "waktu itu" sudah dekat. Ku menoleh pada Mama, ia seperti mengerti. Lalu Mama bergegas menuju pintu, memanggil Papa, dan Aria, adik iparku. Dua orang laki-laki, yang akan kehilangan orang yang dicintai itu, segera masuk dan menanti apa yang terjadi kemudian. Kupakaikan kerudung putih pada kepala tanpa rambut yang melemah itu. Kulakukan ini karena pesan terakhir Hani, jika "saatnya" tiba ia tidak mau dalam keadaan "telanjang" menghadap Allah. Papa tampak ikhlash, begitu juga Aria. Lalu Aria menyerahkan Umar, keponakanku yang belum genap satu tahun usianya, kepadaku.

"Tolong, Mbak..Biar saya yang menjaga dik Hani."

Umar tetap tertidur pulas, walaupun posisi gendongan berpindah, dia tidak terbangun sedikit pun. Bocah kecil sebelas bulan ini tak menyadari, bahwa sebentar lagi, ibunya akan segera meninggalkannya. Dokter Ruslan bergegas masuk untuk melakukan tugasnya sebagai dokter.

"Biarlah, dokter..Insya Allah Kami sudah ikhlash..". Suara tegar Papa berkata.

Dokter Ruslan mengangguk seraya berkata, "Mudah-mudahan anak bapak diberi kemudahan oleh Allah..."

Perlahan-lahan, Aria membantu Hani membacakan syahadah di telinga Hani. Kemudian mulut Hani bergerak-gerak dengan mudah. Dan genggaman tangannya tampak mulai melemah. Ada butiran air mata yang bergulir dari matanya yang terpejam.

"Sakitkah adikku, sayang?", batinku dengan penglihatan kabur karena terhalang airmata. Aku menatap wajah Hani yang sedang bertarung melepas nyawa. Nafas Hani satu-satu, jaraknya makin lama makin panjang. Papa dan Mama membaca syahadah berkali-kali. Dan akhirnya nafas Hani pun terhenti...

"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun..."

*****

Hanifah, adikku, Hani begitulah dia dipanggil. Umurnya berbeda 4 tahun dariku. Tapi Hani, perawakannya yang tinggi, lagaknya yang tomboy serta rambutnya yang berpotongan pendek, membuat orang-orang sering salah terka. Mereka mengira Hani, cowok, jika melihatnya sepintas dari belakang. Aku teringat, teman-teman cowok sekampus meledekku ketika aku mengajak Hani hadir ke Baksos Mesjid kampus. Mereka, yang relatif tahu aku adalah " Si jilbab galak", meledekku, "Wah kemajuan nih, Adelina... Ternyata berani juga mengajak cowoknya ke kampus.."

Mendengar itu aku geli, tapi tidak demikian dengan Hani. "Siapa yang berani ganggu Mbak Adelina?". Tanya Hani berbalik sewot menghadapi teman-teman cowokku yang iseng tadi. Seketika mereka terpana, menyaksikan bahwa "cowok" Adelina adalah cewek manis yang tak kalah galak dari kakaknya. Itulah Hanifah. Siapa pun 5 tahun lalu, tak akan mengira dia akan memakai jilbab. Hani menikah di usia muda, bahkan mempunyai anak.

Kami 3 bersaudara, Mas Ardi, aku, dan si bontot Hanifah. Karena pendidikan orang tuaku yang demokratis dan bijaksana, kami bersaudara sangat rukun dan saling sayang satu sama lain. Dan lebih dari itu, kami saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika Mas Ardi harus kuliah di Bandung, aku dan Hani menangis, karena kehilangan "bodyguard" yang selalu mengantar kami kemana-mana. Hani memaksaku, agar tak ikut-ikutan pilih universitas yang harus meninggalkan rumah seperti Mas Ardi.

Setiap pulang, Mas Ardi selalu membawa banyak perubahan. Tahun pertama ketika aku SMA, Mas Ardi masih suka merokok di sela-sela menggambar tugas arsiteknya. Namun setelah itu, Mas Ardi lambat laun menghilangkan kebiasaan merokoknya. Setiap pulang semesteran Mas Ardi banyak membawa majalah-majalah dan buku-buku Islam. Mas Ardi mulai mengajak kami, adik-adiknya, shalat berjamaah dan membaca Al Quran bersama di rumah. Alhamdulillah, pada saat itu aku berhasil masuk FE UI, sehingga tak perlu meninggalkan rumah seperti Mas Ardi. Setelah menjadi mahasiswi juga mungkin imbas yang kuat dari Mas Ardi, aku mulai mengenal Islam. Aku mulai mencari-cari untuk apa sebenarnya aku hidup. Dan, Alhamdulillah, aku menemukannya dalam aktivitas keislaman yang aku ikuti di kampus.

Namun yang aku heran, imbas tersebut tak mengenai Hani sama sekali. Hani tetap saja tomboy, dan malas jika aku ajak pergi ke pengajian. Walaupun demikian, Hani adalah adik kebanggaanku. Di antara lagaknya yang tomboy dan sikapnya yang manja di rumah, Hani adalah juara kelas di sekolahnya, dan kapten di grup basketnya. Sifatnya yang tak ingin kalah dari orang lain, dan serius ketika menekuni sesuatu, membuat dia bisa menjadi sukses dalam bidang yang disenanginya, seperti pelajaran atau basket.

Aku masih ingat, ketika untuk pertama kalinya dia harus mendapat rangking ketiga di kelasnya. Hani menangis di kamar seharian. Tapi, yang ini juga sifat Hani yang membanggakan, Hani cepat bangkit dari keterpurukan. Dengan menyetel kaset grup Queen idolanya, yang berisikan lagu we are the champion, Hani membangunkan semangatnya sendiri, dan dia bisa ceria lagi keesokan harinya.

Hingga pada suatu hari, Hani menemukan hidayah itu... Di balik kegagahan dan ketomboyannya, aku tahu ada sebongkah hati yang tulus dan lembut. Dan itu terbukti ketika aku mengikutsertakan Hani ke kegiatan baksos di kampus untuk ketiga kalinya. Kala itu dia kelas 3 SMA. Hani masih tetap dengan rambut cepak, kaus t-shirt putih, dan celana jeans hitam kebangsaannya. Di baksos itu kami memang mengumpulkan baju-baju bekas untuk kaum tak punya. Hani memang punya banyak baju yang sudah tak dipakainya. Tapi sayang, baju-bajunya selalu dikelompokkan untuk bocah laki-laki. Beberapa jilbab dan baju muslimah ku sisihkan khusus.

"Untuk siapa, Mbak..?" . Tanya Hani

"Ini untuk Mbok Siyem, yang jualan rokok di depan mesjid. Katanya anaknya yang SMP juga pakai jilbab.". Terangku.

"Oooo.."Hani membundarkan mulutnya.

Baksos belum mulai ketika aku dan Hani tiba di depan mesjid kampus. Karena masih ada waktu aku bergegas menemui Mbok Siyem yang selalu mangkal di dekat masjid. Tapi aku terkejut ketika aku tak menemui Mbok Siyem seperti biasa. Hanya Ijah, anaknya, yang menunggui warung.

"Lo, Mbok Siyem kemana..?"Tanyaku pada Ijah.

Ijah, bocah kecil kelas dua SMP itu, menjawab,"Mbok sedang sakit. Dari kemarin muntah-muntah." Ijah tak tampak sedih, malah tampak biasa saja.

"Ini Mbak bawakan baju buat Ijah, kemarin-kemarin si Mbok wanti-wanti meminta untuk membawakannya untukmu." Wajah Ijah yang tadi tampak biasa-biasa saja, kini tampak haru. Ijah menangis.

"Mbok bilang, kalau Ijah sabar dan ikhlash dengan dua baju, pasti Allah akan memberikan lebih. Dan ternyata benar..." Katanya terisak, mengusap ingus yang keluar dengan jilbab coklatnya, yang ku ingat adalah pemberianku setahun lalu.

Setelah baksos selesai, kami menjenguk Mbok Siyem, yang bukan kepalang terkejut dengan kedatangan kami. Waktu itu Mbok Siyem kelihatan sehat, tak seperti orang sakit. Walau beberapa hari setelah itu Mbok Siyem meninggal dunia. Peristiwa itu rupanya terpatri dalam di kalbu Hani. Sejak hari itu, Hani segera memakai kerudung. Tak ada yang menyuruh,tak ada yang meminta. Sehingga Mama melongo, melihat bontotnya menjadi feminin seketika.

Lalu siapa yang sangka Hani menjadi akhwat seperti sekarang? Dulu dia memang senang basket, sampai poster Michael Jordan memenuhi tembok kamarnya. Dulu dia memang senang Queen, sampai tak ada lagu-lagunya yang tak dihapalnya. Tapi beberapa bulan setelah mengaji, Hani melepas semua poster-poster tersebut, dan mendepak kaset-kaset lagu hingar bingar itu. Walau aku tahu, Hani menangis semalaman untuk berpisah dengan segala hobi dan kesenangannya. Tapi itulah Hani, esok selalu disambutnya dengan penuh semangat menantang dan keoptimisan.

Dan perkembangannya yang luar biasa setelah aktif mengaji, sering membuat aku dan Mas Ardi terharu. Sampai puncaknya pernikahan Hani 4 tahun lalu... Papa marah, Mama kesal, karena Hani dianggap mendahului aku dan Mas Ardi. Apalagi Hani masih 19 tahun dan masih tingkat dua...! Namun Alhamdulillah berkat diplomasiku dan Mas Ardi, bahwa kami rela didahului, akhirnya Hani melangsungkan pernikahannya.

Hani, kehidupannya menggapai hidayah seperti berlari. Bahkan ketika Allah menentukan dia harus menderita leukimia di usia 21 tahun. Kegalauan keluarga kami untuk memberitahukan Hani atau tidak, bahwa sakit-sakit tulang yang sering Hani keluhkan bukanlah sakit biasa. Kesedihan kami yang luar biasa, karena mengetahui Hani tak akan lama bersama kami lagi, mengingat dokter sendiri berkata belum ada penyembuhan yang jitu untuk penyakit kanker yang satu ini.

Sehingga akhirnya keluarga kami bertekad untuk mengungkapkan secara jujur penyakit Hani. Ini pun karena ada sebab yang luar biasa. Hani ternyata hamil 4 bulan waktu itu. Aria datang memberitakan kabar gembira yang timingnya buruk itu kepada keluarga kami. Kami tak tahu, apakah harus menyambut kabar ini dengan senang atau bersedih. Karena melahirkan anak adalah hal yang tak mungkin bagi Hani, karena akan memperlemah kondisi Hani. Namun, saat itu tak ada yang bisa menyetop Hani. Bahkan ketika kami memberitahukan bahwa hamil dan melahirkan kemungkinan besar akan mempertaruhkan nyawanya. Hani bersikeras untuk hamil dan melahirkan.

"Mama juga waktu hamil kami bertiga tak pernah memikirkan keselamatan nyawa Mama sendiri bukan..? Ayolah, Ma.. Jangan larang Hani, tapi bantu Hani dengan doa, agar Hani diberi kekuatan dan kesehatan oleh Allah. Dan jika harus meninggal pun, Hani meninggal dalam keadaan syuhada bukan..? Tapi Ma, Pa, Hani ingin hidup, paling tidak sampai anak ini lahir.."

Dan Allah memang Maha Besar dan Maha Pengasih. Semangat dan keoptimisan Hani memberi bekas yang dalam kepada orang di sekelilingnya. Sejak kehamilan Hani, Mama dan Papa menjadi lebih banyak beribadah. Mama memakai jilbab, banyak membaca Al Quran. Begitu pula Papa, setiap Senin dan Kamis tak ada yang terlewat dengan shaum, juga tahajud. Bahkan aku pun menikah ketika Hani sedang rawat intensif di rumah sakit. Hani selalu berkata, ingin melihatku menjadi mempelai sebelum dia menutup mata.

Dan Allah menjawab semua doa-doa dan harapan kami. Hani dapat melahirkan Umar dengan selamat, layaknya orang normal. Walau untuk itu Hani menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah sakit, dan kami selalu dibuat cemas akan keselamatan Hani sendiri. Ya, dua tahun Hani berperang melawan leukimia. Tapi tak pernah terungkap dalam ucapannya, bahwa dia menyesali nasibnya karena harus menderita penyakit ini. Bahkan dia kerap berujar,

"Allah sayang kepada Hani, ya, Mbak...Sehingga Allah memberi batas waktu yang jelas untuk Hani beraktifitas di dunia ini. Agar tak sia-sia..."

Ah, Hani sayang....

*****

Pekuburan sudah sepi, gundukan tanah merah di depanku mulai dibasahi oleh gerimis kecil yang turun satu-persatu. Kulihat isyarat lambaian tangan Mas Ardi yang berada di rombongan Mama, Papa, serta keluarga Aria mengajakku untuk pulang. Bang Irsyad, suamiku memberikan tangannya.

"Insya Allah Hani syahidah, De...Karena Hani begitu pasrah dan tawakal kepada Allah dengan penyakitnya. "Hiburnya. Aku mengangguk. Di tanganku ada setumpuk amplop yang ditujukan pada Umar. Surat dari Ibunya. Aku teringat percakapan kami 5 bulanan lalu.

"Ini sebagai hadiah buat Umar setiap umurnya bertambah satu tahun, Mbak... Aku persiapkan 15 surat, untuk Umar. Agar Umar selalu mendapat nasehat dariku walaupun aku sudah tak bisa menyaksikan Umar tumbuh sampai dia baligh dan mengerti. Aku titipkan pada Mbak Ade, ya..?". Hani menyerahkan tumpukan amplop itu padaku.

"Kenapa tak kau titipkan pada Aria, bukankah dia yang lebih berhak...?" Hani tersenyum.

"Mas Aria harus mencari pengganti Hani untuk mendidik Umar, bukan..? Tentu tidak bijak kalau Mas Aria mengingat Hani terus, dan melupakan hal yang satu itu". Katanya diluar dugaan. Lalu, "Mbak..., aku ingin Umar mempunyai sifat gabungan dari kita bertiga. Perhatian seperti Mas Ardi, tegas dan lembut seperti Mbak Ade, enerjik dan jenaka seperti ibunya..."

"Laa..Aria bagaimana, dong..?"tanyaku menahan geli...

"Iya ditambah ganteng dan shaleh seperti bapaknya..." tawanya jenaka.

Mataku kembali basah. Di detik-detik terakhir kehidupannya, Hani tak pernah menampakkan keputusasaan. Dia tetap optimis, bahwa Allah memberikannya penyakit sebagai ujian, maka dia harus lulus, dan bertawakal untuk jadi pemenangnya. Ya...Juara itu telah pergi, Syuhadah itu telah pergi, pergi tanpa beban dan tanpa keputus asaan. Pergi meninggalkan sebongkah kesan dan bekas cinta yang mendalam.

Selamat jalan the champion...




Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe


Wednesday, March 3, 2010

[oase] Fir''aun yang Ditenggelamkan

Artikel Original | Simpan ke PDF
Dipublikasi oleh abufaiz97 pada 04 March 2010, 04:02:40 WIB

Sejarah: Fir''aun yang Ditenggelamkan

"(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir''aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir''aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim." (QS. Al Anfaal, 8: 54).


[Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesunguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami. ( QS Yunus 91-92).]

Peradaban Mesir Kuno, bersama negara-negara kota lainnya di Mesopotamia dalam masa yang sama, dikenal sebagai salah satu peradaban tertua di dunia dan dikenal sebagai negara terorganis-asi dengan tatanan sosial paling maju di zamannya. Fakta bahwa mereka telah menemukan dan menggunakan tulisan sekitar alaf ke-3 SM, serta memanfaatkan Sungai Nil dan terlindung dari berbagai bahaya dari luar berkaitan dengan kondisi alamiah negeri tersebut, sangat berarti bagi bangsa Mesir untuk peningkatan peradaban mereka.

Namun, pada masyarakat yang "beradab" ini pula berlaku "pemerintahan Fir''aun", suatu sistem kekafiran yang paling jelas dan lugas dise-butkan dalam Al Quran. Mereka penuh kesombongan, mengesamping-kan kebenaran, dan menghina Tuhan. Dan pada akhirnya, peradaban me-reka yang maju, tatanan sosial politik, bahkan militer mereka yang kuat tidak bisa menyelamatkan mereka dari kehancuran.

Otoritas Para Fir''aun

Peradaban bangsa Mesir bersumber dari kesuburan Sungai Nil. Bangsa Mesir menghuni Lembah Nil karena melimpahnya air di sungai ini, hingga mereka dapat mengolah tanah dengan persediaan air dari sungai tanpa tergantung kepada musim hujan. Ahli sejarah Ernest H. Gombrich menyatakan dalam tulisannya bahwa Afrika sangat panas dan terkadang tidak ada hujan selama berbulan-bulan. Karena itulah, banyak wilayah di benua besar ini luar biasa keringnya. Bagian-bagian itu dihampari oleh lautan pasir yang sangat luas. Kedua sisi Sungai Nil juga ditutupi pasir dan di Mesir pun jarang turun hujan. Namun di negeri ini, hujan tidak terlalu dibutuhkan karena Sungai Nil mengalir tepat di tengah seluruh negeri.

Jadi barang siapa dapat menguasai Sungai Nil yang begitu penting-nya, dia pun dapat menguasai sumber terbesar perdagangan dan per-tanian Mesir. Para Fir''aun bisa melanggengkan dominasinya atas Mesir dengan jalan ini.

Lembah Nil yang sempit dan memanjang tidak memungkinkan unit-unit kependudukan yang bertempat di sekitar sungai berkembang ba-nyak. Karena itulah bangsa Mesir membentuk peradaban yang terbangun dari kota-kota kecil dan perkampungan, bukan dari kota-kota besar. Faktor ini juga memperkuat dominasi para fir''aun atas masyarakatnya.

Raja Menes dikenal sebagai fir''aun Mesir pertama yang menyatukan seluruh Mesir Kuno untuk pertama kalinya dalam sejarah dalam sebuah negara kesatuan, kurang lebih pada alaf ke-3 SM. Kenyataannya, istilah "fir''aun" semula merujuk kepada istana raja Mesir, namun perlahan-lahan menjadi gelar dari raja-raja Mesir. Begitulah sebabnya raja yang memerintah Mesir kuno mulai disebut "fir''aun".

Sebagai pemilik, pengatur dan penguasa dari keseluruhan negara dan wilayah-wilayahnya, para fir''aun ini dianggap sebagai pengejawan-tahan dari dewa terbesar dalam kepercayaan Mesir Kuno yang politeistik dan menyimpang. Administrasi tanah rakyat Mesir, pembagian, penda-patan mereka, singkatnya, seluruh pertanian, jasa, dan produksi dalam batas-batas wilayah negara dikelola atas nama fir''aun.

Absolutisme dalam rezim tersebut melengkapi pemerintahan fir''aun dengan kekuasaan yang memungkinkannya melakukan apa pun yang ia inginkan. Pada saat penegakan dinasti pertama, kala Menes yang menjadi raja Mesir pertama dengan menyatukan Mesir Hulu dan Hilir, Sungai Nil disalurkan kepada penduduk melalui saluran-saluran air. Di samping itu, seluruh produksi berada di bawah kontrol dan seluruh barang dan jasa diberikan untuk sang raja. Rajalah yang mendistri-busikan dan membagi barang dan jasa dalam proporsi yang dibutuhkan rakyat. Hal ini tidaklah sulit bagi raja, yang telah menggalang kekuasaan sedemikian besar di negeri itu, untuk menekan rakyat dalam ketun-dukan. Raja Mesir, atau kelak disebut fir''aun, dipandang sebagai makhluk suci yang memegang kekuasaan besar dan mencukupi semua kebutuhan rakyatnya: dan ia dipandang sebagai tuhan. Akhirnya, para fir''aun percaya bahwa mereka memang tuhan.

Perkataan Fir''aun yang disebutkan dalam Al Quran dan diucapkan-nya dalam percakapan dengan Musa membuktikan bahwa mereka me-megang kepercayaan ini. Ia mencoba mengancam Musa dengan mengata-kan: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 29), dan ia berkata kepada orang-orang di sekelilingnya: "Aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku". (QS. Al Qashash, 28: 38). Ia mengatakan ini semua karena menganggap dirinya adalah tuhan.

Kepercayaan Religius

Menurut Herodotus, seorang ahli sejarah, bangsa Mesir Kuno adalah bangsa yang paling "taat" di dunia. Namun agama mereka bukanlah aga-ma kebenaran, melainkan sebuah bentuk politeisme sesat, dan mereka tidak bisa meninggalkan agama mereka yang sesat karena teguh me-megang tradisi.


[Kepercayaan religius bangsa Mesir kebanyakan berdasarkan kepada pengabdian terhadap tuhan-tuhan mereka. "Perantara" antara tuhan-tuhan ini dengan manusia adalah para pendeta yang merupakan bagian dari para pemuka masyarakat. Karena berurusan dengan ilmu magis dan sihir, para pendeta menjadi kelas penting yang digunakan oleh para fir'aun untuk menjaga kepatuhan rakyatnya.]

Bangsa Mesir Kuno sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam mere-ka. Keadaan alam Mesir secara sempurna melindungi negara tersebut dari serangan luar. Mesir dikelilingi gurun pasir, pegunungan, dan lautan di semua sisi. Serangan terhadap negara tersebut hanya mungkin dilaku-kan dengan dua jalan, dan sangat mudah bagi mereka untuk memperta-hankan diri. Bangsa Mesir tetap terisolasi dari dunia luar berkat faktor-faktor alam ini. Namun abad-abad yang berlalu mengubah isolasi ini menjadi kefanatikan buta. Akhirnya, bangsa Mesir memperoleh cara berpikir yang membelenggu mereka dari perkembangan dan hal-hal yang baru, serta sangat konservatif terhadap agama mereka. "Agama nenek moyang" yang sering disebutkan dalam Al Quran menjadi nilai paling penting bagi mereka.

Karena itulah Fir''aun dan para petingginya ingkar ketika Musa dan Harun mengumum-kan agama yang hak kepada mereka, dengan mengatakan:
"Apakah kamu datang kepada ka-mi untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek mo-yang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempu-nyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua." (QS. Yunus, 10: 78) !

Agama bangsa Mesir Kuno bercabang-cabang, yang terpenting adalah agama resmi negara, berba-gai kepercayaan rakyat, dan keper-cayaan terhadap kehidupan setelah kematian.

Menurut agama resmi negara, fir''aun adalah mahkluk yang suci. Dia adalah pengejawantahan dari tuhan-tuhan mereka di muka bumi dan tujuannya adalah untuk menyelenggarakan keadilan dan melin-dungi mereka di dunia.

Kepercayaan yang berkembang luas di kalangan masyarakat sangat rumit dan unsur-unsur yang berbenturan dengan kepercayaan resmi negara ditekan oleh pemerintahan para fir''aun. Pada dasarnya, mereka mempercayai banyak tuhan, dan tuhan-tuhan ini biasanya digambarkan memiliki kepala binatang dengan tubuh manusia.

Kehidupan setelah mati merupakan bagian terpenting dalam keper-cayaan bangsa Mesir. Mereka percaya bahwa roh akan terus hidup setelah jasad mati. Menurut kepercayaan ini, roh-roh orang mati dibawa oleh ma-laikat-malaikat khusus kepada Tuhan yang menjadi hakim dan 42 saksi hakim lain; sebuah timbangan diletakkan di tengah-tengah, dan hati sang roh ditimbang dengannya. Mereka yang kebaikannya lebih berat dibawa ke suatu tempat yang indah dan hidup dalam kebahagiaan, sedang mereka yang kejahatannya lebih berat dikirim ke suatu tempat di mana mereka mendapatkan siksaan yang berat. Di sana mereka disiksa selama-lamanya oleh sebuah makhluk aneh yang disebut dengan "Pemakan Kematian".

Kepercayaan bangsa Mesir terhadap hari akhirat jelas menunjukkan kesejajaran dengan kepercayaan monoteistik dan agama yang benar. Bah-kan kepercayaan mereka kepada hari akhirat saja membuktikan bahwa agama yang benar dan wahyu telah mencapai peradaban Mesir Kuno, namun agama ini kemudian diselewengkan, dan monoteisme berubah menjadi politeisme. Seperti telah diketahui, para pemberi peringatan yang menyeru manusia untuk mengesakan Allah dan memerintahkan mereka untuk menjadi hamba-Nya, telah diutus di Mesir dari masa ke masa, sebagaimana kepada seluruh penduduk dunia pada satu masa atau masa yang lain. Salah satunya adalah Nabi Yusuf yang kehidupannya secara terperinci diceritakan dalam Al Quran. Sejarah Nabi Yusuf adalah sangat penting karena menyebutkan kehadiran Bani Israil di Mesir dan bermukimnya mereka di sana.

Sementara, dalam sumber-sumber sejarah terdapat rujukan tentang orang-orang Mesir yang menyeru manusia kepada agama-agama Mono-teistik, bahkan sebelum nabi Musa. Salah satunya adalah fir''aun yang paling menarik dalam sejarah Mesir, yakni Amenhotep IV.

Fir''aun Amenhotep IV yang Monoteistik

Fir''aun-fir''aun Mesir pada umumnya bersifat brutal, menindas, suka berperang dan bengis. Umumnya mereka menganut agama politeisme Mesir dan mendewakan diri mereka melalui agama ini.

Namun ada seorang fir''aun dalam sejarah Mesir yang sangat berbeda dengan lainnya. Fir''aun ini mempertahankan kepercayaan terhadap Pencipta tunggal dan mendapatkan perlawanan hebat dari para pendeta Ammon, yang mendapat keuntungan dari agama politeisme dan bebe-rapa prajurit yang mendukung mereka, sehingga akhirnya ia terbunuh. Fir''aun ini adalah Amenhotep IV yang mulai berkuasa di abad ke-14 SM.

Ketika dinobatkan pada tahun 1375 SM, Amenhotep IV berseberang-an dengan konservatisme dan tradisionalisme yang telah berlangsung selama berabad-abad. Hingga saat itu, struktur masyarakat dalam hu-bungan rakyat dengan istana kerajaan terus berlanjut tanpa perubahan. Masyarakat menutup pintu rapat-rapat dari peristiwa di luar dan pem-baruan agama. Konservatisme ekstrem ini, yang juga disebutkan oleh para pengembara Yunani Kuno, diakibatkan oleh kondisi geografis alam Mesir yang telah disebutkan di atas.

Agama resmi yang ditekankan para fir''aun kepada rakyat menuntut kepercayaan yang tidak terbatas dalam segala hal yang lama dan tradisi-onal. Namun Amenhotep IV tidak menganut agama resmi tersebut. Ahli sejarah Ernst Gombrich menulis:

"Dia (Amenhotep IV) mengubah banyak kebiasaan yang disucikan oleh tradisi yang telah berbilang abad. Ia tidak mau menyembah berbagai tuhan kaumnya yang aneh-aneh bentuknya. Baginya hanya ada satu Tuhan yang perkasa, Aton, yang ia sembah dan tampilkan dalam bentuk matahari. Ia menyebut dirinya Akhenaton, mengikuti nama tuhannya dan memindahkan istananya di luar jangkauan para pendeta dari tuhan-tuhan yang lain ke suatu tempat yang sekarang disebut El-Amarna."

Setelah kematian ayahnya, Amenhotep IV muda men-dapat tekanan hebat. Tekanan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa ia mengembangkan sebuah agama yang berdasarkan monoteisme dengan mengubah agama politeistik tradisi-onal Mesir dan berupaya melakukan perubahan-perubahan radikal dalam berbagai bidang. Namun para pemimpin Thebes tidak mengizinkannya menyampaikan ajaran agama ini. Amen-hotep IV dan para pengikutnya kemudian pindah dari kota Thebes dan bermukim di Tell-El-Amarna. Di sini mereka membangun sebuah kota baru dan modern yang dinamakan "Akh-en-aton". Amenhotep IV mengubah namanya yang berarti "Kegembiraan Amon" menjadi Akh-en-aton yang berarti "Tunduk kepada Aton". Amon adalah nama yang diberikan kepada totem terbesar dalam kepercayaan politeisme bangsa Mesir. Menurut Amenhotep, Aton adalah "pencipta langit dan bumi", penyamaan sebutannya untuk Allah.

Karena merasa terganggu oleh perkembangan ini, para pendeta Ammon berkeinginan merenggut kekuatan Akhenaton dengan mengambil kesempatan dari terjadinya krisis ekonomi di Mesir. Akhenaton akhirnya mati diracun oleh komplotan itu. Para fir''aun setelahnya berhati-hati untuk tetap berada di bawah pengaruh para pendeta tersebut.

Setelah Akhenaton, berkuasa para fir''aun dengan latar belakang ke-militeran. Mereka membuat tersebarnya kembali politeisme dari tradisi lama dan berusaha keras untuk kembali ke masa lalu. Hampir seabad kemudian, Ramses II, yang paling lama kekuasaannya dalam sejarah Mesir, diangkat menjadi raja. Menurut banyak ahli sejarah, Ramses ada-lah fir''aun yang menyiksa bani Israil dan berperang melawan Nabi Musa.

Kedatangan Nabi Musa

Karena begitu hebatnya kefanatikan mereka, bangsa Mesir Kuno ti-dak mau meninggalkan kepercayaan mereka yang tertanam kuat. Walau telah datang kepada mereka beberapa orang yang menyerukan untuk me-nyembah Allah semata, kaum Fir''aun selalu berpaling kepada keper-cayaan mereka yang sesat. Akhirnya, Nabi Musa diutus Allah sebagai rasul bagi mereka, selain karena mereka telah mengambil sistem penuh kepalsuan yang bertentangan dengan agama yang hak, juga karena mere-ka telah melakukan perbudakan atas Bani Israel. Musa diperintahkan untuk mengajak bangsa Mesir kepada agama yang hak, juga menye-lamatkan Bani Israil dari perbudakan dan menunjuki mereka jalan yang benar. Dalam Al Quran hal ini disebutkan:

"Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir''-aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir''aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadi-kan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir''aun termasuk ke dalam orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak mem-beri karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedu-dukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir''aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu." (QS. Al Qashash, 28: 3-6) !

Fir''aun ingin mencegah bertambahnya Bani Israil dengan cara mem-bunuh semua bayi laki-laki yang baru lahir. Karena itulah, dengan ilham dari Allah SWT, ibunda Musa menempatkan Musa ke dalam sebuah ke-ranjang dan menghanyutkannya ke sungai. Hal inilah yang membawa-nya ke istana Fir''aun. Inilah ayat dalam Al Quran yang menyebutkan hal ini:

"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susukanlah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepada-mu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipu-ngutlah ia oleh keluarga Fir''aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir''aun dan Haman beser-ta tentara-tentaranya adalah orang-orang yang bersalah."

Dan berkatalah istri Fir''aun: "(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Ja-nganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedangkan mereka tiada menyadari." (QS. Al Qashash, 28 : 7-9) !

Istri Fir''aun mencegah Musa dibunuh dan mengangkatnya menjadi anak. Begitulah, Musa menghabiskan masa kecilnya di istana Fir''aun. Dengan pertolongan Allah, ibu kandung Musa dibawa ke istana sebagai ibu asuhnya.



[Orang-orang yang diperbudak oleh Fir''aun. Khususnya pada abad Kerajaan baru, kaum minoritas yang hidup di negara tersebut dipaksa untuk bekerja dalam proyek konstruksi yang sangat berat. Anak-anak Israel termasuk diantara minoritas ini. Gambar sebelah atas menunjukkan budak-budak yang nampak bekerja dalam pembangunan sebuah kuil sepertinya sebagain besar adalah anak-anak Israel. Gambar dibawah menunjukkan teknik persiapan yang dilakukan oleh para budak anak-anak Israel, sebelum melakukan pembuatan proyek konstruksi. Para budak sedang membuat batu bata dengan membakar lumpur di dalam api dan mempersiapkan adukan semen.]

Ketika telah dewasa, suatu hari Musa melihat seorang Bani Israil dianiaya oleh seorang Mesir. Lalu Musa menengahi dan memukul si orang Mesir dengan satu pukulan yang ternyata mengakibatkan kema-tiannya. Walau Musa hidup di istana Fir''aun dan telah diangkat anak oleh permaisuri, pimpinan kota memutuskan hukuman mati untuk Musa. Mendengar ini, Musa pun melarikan diri dari Mesir dan pergi ke Madyan. Pada akhir periode yang ia habiskan di sana, Allah berfirman langsung kepadanya dan memberinya status kenabian. Ia diperintahkan kembali kepada Fir''aun dan menyampaikan risalah Allah kepadanya.


[Diduga menurut banyak ahli sejarah sebagai Fir''aun yang disebutkan didalam Al Qur''an, Ramses II tampak sedang membunuh beberapa budak yang ia tangkap. Sebagaimana lukisan dinding ini juga mengungkapkan bahwa Fir''aun mengidolakan dan menggambarkan diri mereka sebagai pejuang-pejuang yang perkasa. Mereka dilambangkan sebagai pahlawan-pahlawan yang tingi dengan bahu lebar yang dapat mengalahkan sejumlah orang pada waktu bersamaan.]




Istana Fir''aun

Musa dan Harun pergi kepada Fir''aun untuk menjalankan perintah Allah dan menyampaikan kepadanya risalah agama kebenaran. Mereka meminta Fir''aun berhenti menyiksa bani Israel dan membiarkan mereka pergi bersama Musa dan Harun. Fir''aun tak dapat menerima kenyataan bahwa Musa yang telah dipeliharanya bertahun-tahun dan kemungkin-an besar menjadi pewaris tahtanya kelak, menentangnya dan berbicara kepadanya seperti itu. Dengan alasan itu, Fir''aun menuduh Musa tidak tahu berterima kasih:

"Fir''aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di dalam (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu, dan kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas guna". (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 18-19) !

Fir''aun mencoba mempermainkan perasaan Musa dan mempenga-ruhi kata hatinya. Seolah ia mengatakan bahwa karena ia dan istrinyalah yang telah membesarkan Musa, maka Musalah yang seharusnya mema-tuhi mereka. Apalagi, Musa telah membunuh seorang Mesir. Semua tin-dakan ini diganjar dengan hukuman berat menurut bangsa Mesir. Suasa-na emosional yang coba diciptakan Fir''aun juga ditujukan untuk mempe-ngaruhi para pemimpin dari rakyatnya, sehingga mereka pun menyetujui Fir''aun.

Di sisi lain, risalah agama kebenaran yang disampaikan Musa mengurangi kekuasaan Fir''aun dan menurunkan derajatnya setingkat orang-orang kebanyakan. Selanjutnya, akan terungkap bahwa ia bukan-lah tuhan dan lebih jauh lagi, ia akan harus tunduk kepada Musa. Di samping itu, jika ia membebaskan bani Israil, ia akan kehilangan banyak tenaga kerja penting dan akan menimbulkan bahaya besar.

Karena semua itulah, Fir''aun tidak mau mendengarkan Musa. Ia mencoba mempermainkannya dan berusaha mengubah pokok pembica-raan dengan mengajukan pertanyaan yang tidak berarti. Ia sekaligus mencoba untuk mencitrakan Musa dan Harun sebagai pembuat keonaran dan menuduh mereka mempunyai motif-motif politik tertentu. Akhir-nya, baik Fir''aun maupun para pemimpin kaum serta para pembesarnya, kecuali para tukang sihir, menolak Musa dan Harun. Mereka menging-kari agama kebenaran yang ditunjukkan kepada mereka. Itulah sebabnya Allah pertama-tama mengirimkan berbagai bencana kepada mereka.

Bencana yang Menimpa Fir''aun dan Para Pembesarnya

Fir''aun dan para pembesarnya sangat terikat terhadap politeisme dan keberhalaan, "agama leluhur mereka", sehinga tidak terpikirkan oleh mereka untuk meninggalkannya. Bahkan dua mukjizat Musa, tangannya yang mengeluarkan sinar putih serta tongkatnya yang berubah menjadi ular, tidaklah cukup untuk membuat mereka untuk berpaling dari takhyul mereka. Lebih-lebih lagi, mereka mengungkapkan hal ini secara terbuka. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan pernah beriman kepadamu". (QS Al A''raaf, 7: 132).



[Ramses II tampak dalam kereta perangnya menghalau sejumlah besar pasukan musuh. Seperti halnya yang lain hal ini merupakan gambaran imajinasi para pelukis berdasarkan scenario/keinginan dari Fir''aun.]

Karena sikap mereka, Allah mengirimkan sejumlah bencana kepada mereka sebagai "mukjizat tersendiri" untuk membuat mereka merasa-kan azab di dunia, sebelum siksaan abadi di alam keabadian. Pertama-tama mereka diberi masa kekeringan panjang dan paceklik. Berkaitan dengan ini dikatakan dalam Al Quran: "Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir''aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan supaya mereka mengambil pelajaran." (QS. Al A''raaf, 7: 130).

Sistem pertanian Bangsa Mesir berbasis pada Sungai Nil dan karena itu, mereka tidak terpengaruh oleh perubahan keadaan alam. Namun se-buah bencana yang tak terduga menimpa mereka karena Fir''aun dan kalangan dekatnya yang sombong dan angkuh terhadap Allah dan mengingkari Rasul-Nya. Kemungkinan besar, dengan berbagai sebab, permukaan Sungai Nil menyusut secara mencolok dan saluran irigasi yang berasal dari sungai tidak mampu mengalirkan air yang cukup untuk lahan pertanian mereka. Panas yang menyengat menyebabkan tanaman pertanian mengering. Dengan demikian, bencana menimpa Fir''aun dan lingkaran dekatnya dari arah yang sama sekali tidak terduga, dari Sungai Nil yang mereka andalkan. Musim kemarau yang berkepanjangan men-cemaskan hati Fir''aun yang sebelumnya biasa berkata kepada kaumnya sebagai berikut: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?" (QS. Az-Zukhruf, 43: 51).

Namun, bukannya memberi perhatian sebagaimana ditunjukkan ayat-ayat tersebut, mereka malahan menganggap semua kejadian ter-sebut karena kesialan yang dibawa oleh Musa dan bani Israil. Mereka dikuasai oleh keyakinan seperti itu karena kepercayaan takhyul dan agama leluhur mereka. Karenanya, mereka memilih untuk menderita oleh bencana yang hebat. Namun, yang menimpa mereka tidaklah ter-batas sampai di sini. Ini hanyalah permulaan. Selanjutnya, Allah me-ngirimkan kepada mereka serangkaian bencana lain. Bencana-bencana ini disebutkan sebagai berikut dalam Al Quran: :

"Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyom-bongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa". (QS. Al A''raaf, 7: 133) !

Bencana-bencana yang dikirimkan Allah terhadap Fir''aun dan orang-orang ingkar di sekitarnya disebutkan pula dalam Perjanjian Lama seba-gaimana dalam Al Quran :

"Dan di seluruh tanah Mesir ada darah. (Keluaran, 7: 21)

Jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan menu-lahi seluruh daerahmu dengan katak. Katak-katak akan mengeriap dalam Sungai Nil, lalu naik dan masuk ke dalam istanamu dan ka-mar tidurmu, ya, dan sampai ke dalam tempat tidurmu, ke dalam rumah pegawai-pegawaimu, dan rakyatmu, bahkan ke dalam pem-bakaran rotimu serta ke dalam tempat adonanmu. (Keluaran, 8: 2-3)

Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, "Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tongkatmu dan pukulkanlah itu ke debu tanah, maka debu itu akan menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir." (Keluaran, 8: 16)

Datanglah belalang meliputi seluruh tanah Mesir, dan hinggap di seluruh daerah Mesir, sangat banyak; sebelum itu tidak pernah ada belalang yang demikian banyaknya dan sesudah itu pun tidak akan terjadi lagi yang demikian. (Keluaran, 10: 14)

Lalu berkatalah para ahli itu kepada Fir''aun: "Inilah tangan Allah." Tetapi hati Fir''aun berkeras, dan ia tidak mau mendengarkan mereka seperti yang telah difirmankan Tuhan." (Keluaran, 8: 19)

Bencana yang mengerikan terus menimpa Fir''aun dan para pembe-sarnya. Beberapa dari bencana ini disebabkan oleh objek yang disembah oleh orang-orang musyrik ini. Sebagai contoh, Sungai Nil dan katak mere-ka keramatkan dan pertuhankan. Saat mereka mengharapkan petunjuk dan meminta pertolongan dari "tuhan-tuhan" mereka, Allah menghu-kum mereka melalui "tuhan-tuhan" itu sendiri, sehingga mereka dapat melihat kesalahan mereka dan menerima ganjaran atas kesesatan yang mereka lakukan.

Menurut para penafsir Perjanjian Lama, yang dimaksud dengan "da-rah" adalah perubahan Sungai Nil menjadi merah. Hal ini dijelaskan seba-gai suatu perumpamaan bagi berubahnya Sungai Nil menjadi merah kental. Menurut sebuah penafsiran, yang mengakibatkan warna merah adalah sejenis bakteri.

Sungai Nil adalah sumber kehidupan utama bagi bangsa Mesir. Keru-sakan apa pun yang terjadi pada sumber ini dapat berarti kematian bagi seluruh Mesir. Jika bakteri telah menutupi seluruh permukaan Sungai Nil sampai mengubahnya berwarna merah, setiap mahkluk hidup yang menggunakan air tersebut akan terinfeksi oleh bakteri ini.

Penjelasan terbaru tentang penyebab merahnya warna air telah me-nunjuk protozoa, zooplankton, ganggang (fitoplankton) air asin maupun tawar, dan dinoflagellata sebagai kemungkinan besar. Semua jenis ini baik tumbuhan, jamur, ataupun protozoa mengisap oksigen dari dalam air dan menghasilkan racun yang berbahaya baik bagi ikan maupun katak.

Dengan mengutip peristiwa Eksodus dalam Kitab Injil, Patricia A Tester dari National Marine Fisheries Service yang menulis dalam Annals of the New York Academy of Science mencatat bahwa walau kurang dari 50 spesies, dari sekitar 5000 spesies fitoplankton yang dikenal, adalah be-racun, namun spesies beracun tersebut dapat membahayakan kehidupan air. Dalam terbitan yang sama, Ewen C.D. Todd dari Health Canada, dengan merujuk data sejarah dan prasejarah, mengutip hampir dua lusin contoh dari fitoplankton tertentu yang menyebabkan berbagai wabah penyakit di seluruh penjuru dunia. W.W. Carmichael dan I.R. Falconer mendaftar penyakit-penyakit yang berkaitan dengan ganggang biru-hijau yang hidup di air tawar. Joann M. Burkholder, ahli Ekologi perairan dari North Carolina State University menyebutkan bahwa sejenis dinoflagellata, Pfiesteria piscimorte (ditemukan di perairan muara), seperti ditunjukkan namanya, dapat membunuh ikan .36

Di masa Fir''aun, rangkaian bencana seperti ini tampaknya terjadi. Menurut skenario ini, ketika Sungai Nil tercemar, maka ikan-ikan pun mati dan bangsa Mesir kehilangan salah satu sumber nutrisinya yang sangat penting. Tanpa ikan pemangsa, maka katak-katak dapat berkem-bang biak dengan sangat bebas di kolam-kolam dan di sungai Nil, sehing-ga melimpahi sungai, kemudian menghindari lingkungan beracun dan membusuk dengan berpindah ke daratan, hingga di sini mereka mati dan terurai bersama ikan-ikan. Sungai Nil dan tanah yang berdekatan de-ngannya membusuk, dan airnya berbahaya untuk diminum maupun digunakan untuk mandi. Terlebih lagi punahnya spesies katak menye-babkan berbagai jenis serangga seperti caplak dan kutu ber-kembang biak secara besar-besaran.

Akhirnya, bagaimanapun terjadinya bencana tersebut dan apa pun dampak yang diakibatkannya, baik Fir''aun maupun kaumnya tetap tidak berpaling kepada Allah dengan penuh perhatian, mereka malah tetap bertahan dengan keangkuhannya.

Fir''aun dan para pembesarnya begitu hipokrit, sehingga mereka me-ngira bahwa mereka dapat memperdayakan Musa dan juga, Allah. Ketika hukuman yang mengerikan menimpa mereka, mereka segera memanggil Musa dan memintanya untuk menyelamatkan mereka dari bencana tersebut:

"Dan ketika ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata: Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu de-ngan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu daripada kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka pun mengingkarinya." (QS. Al A''raaf, 7: 134-135) !

Keluar dari Mesir

Allah menerangkan kepada Fir''aun dan para pembesarnya melalui Musa apa yang seharusnya mereka perhatikan, lalu memberi peringatan kepada mereka. Sebagai tanggapan, mereka menolak dan menuduh Mu-sa kesurupan dan berdusta. Allah mempersiapkan akhir yang menghina-kan bagi mereka. Ia mengungkapkan kepada Musa apa yang akan terjadi:

"Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), kare-na sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli." Kemudian Fir''aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Fir''aun berkata): "Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang me-nimbulkan amarah kita, dan sesungguhnya kita benar-benar golong-an yang selalu berjaga-jaga". Maka Kami keluarkan Fir''aun dan ka-umnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anuge-rahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil. Maka Fir''aun dan bala tentaranya menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 52-61) !

Dalam keadaan di mana bani Israil merasa terjebak, dan orang-orang Fir''aun mengira bahwa mereka akan segera menangkap bani Israil, Musa berkata, tanpa pernah kehilangan kepercayaan akan pertolongan Allah:

"Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 62) !

Pada saat itu Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israel dengan membelah lautan. Fir''aun dan orang-orangnya tenggelam di dalam air yang menutup di atas kepala mereka setelah bani Israil menyeberang dengan selamat.

"Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan ada-lah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan go-longan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi kebanyakan dari mere-ka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang." (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 63-68) !

Tongkat Musa memiliki mukjizat. Allah telah mengubahnya menjadi ular dalam penyampaian wahyu yang pertama kepadanya, dan kemu-dian tongkat ini pula yang berubah menjadi ular yang menelan ular-ular jadi-jadian dari ahli sihir Fir''aun. Sekarang, Musa membelah lautan de-ngan tongkat yang sama. Inilah mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Musa.

Dimanakah Peristiwa itu Terjadi?

Tidak ada kesamaan pendapat tentang tempat Musa membelah la-utan. Karena tidak ada perincian tentang hal ini di dalam Al Quran, kita tidak dapat meyakini ketepatan dari pandangan mana pun terhadapnya. Beberapa sumber menunjukkan pantai Laut Tengah di Mesir sebagai tempat lautan terbelah. Di dalam Ensiklopedia Judaica dikatakan:

Pendapat mayoritas dewasa ini mengidentifikasi Laut Merah dalam Eksodus sebagai sebuah laguna di pantai Laut Tengah.

David Ben Gurion menyatakan bahwa peristiwa tersebut kemung-kinan terjadi dalam masa pemerintahan Ramses II, setelah kekalahan di Kadesh. Dalam Kitab Keluaran pada Perjanjian Lama, dikatakan bahwa kejadiannya adalah di Migdol dan Baal-Zephon yang terletak di sebelah utara delta.

Pandangan ini berdasarkan Perjanjian Lama. Dalam terjemahan Kitab Keluaran dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Fir''aun dan orang-orangnya ditenggelamkan di Laut Merah. Namun menurut mereka yang berpegang pada pandangan ini, kata yang diterjemahkan sebagai "Laut Merah (Red Sea)" sebenarnya adalah " Lautan Alang-Alang (Sea of Reeds)". Kata ini dikenal sebagai "Laut Merah" dalam berbagai sumber dan digu-nakan untuk lokasi tersebut. Namun, "Lautan Alang-Alang" sebenarnya digunakan untuk merujuk kepada pantai Laut Tengah di Mesir. Dalam Perjanjian Lama, ketika menyebutkan jalur yang diambil oleh Musa dan para pengikutnya, kata Migdol dan Baal-Zephon disebutkan, dan tempat-tempat ini terletak di utara Delta Nil, di pantai Mesir. Sebagai implikasi-nya, Lautan Alang-Alang mendukung kemung-kinan bahwa kejadian tersebut terjadi di pantai Mesir, karena di daerah ini, sesuai dengan namanya, banyak tumbuh alang-alang berkat tanah lumpur delta.

Tenggelamnya Fir''aun dan Orang-Orangnya

Al Quran mewartakan kepada kita tentang aspek-aspek terpenting dari peristiwa terbelahnya Laut Merah. Menurut penuturan Al Quran, Musa berangkat meninggalkan Mesir bersama Bani Israil yang mema-tuhinya. Namun Fir''aun tidak dapat menerima kepergian mereka yang tanpa seizinnya. Ia dan tentaranya mengikuti mereka "dalam amarah dan dendam" (QS. Yunus, 10: 90). Begitu Musa dan Bani Israil mencapai pan-tai, Fir''aun dan bala tentaranya telah menyusul mereka. Beberapa orang Bani Israil yang melihat ini mulai mengeluh kepada Musa. Menurut Per-janjian Lama mereka berkata kepada Musa: "Mengapa kamu membawa kami pergi dari negeri kami, di sana kami diperbudak namun dapat hidup, sekarang kita akan mati". Kelemahan komunitas ini juga disebutkan dalam Al Quran dalam ayat berikut:

"Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan ter-susul." (QS Asy-Syu''araa'', 26: 61) !

Kenyataannya, ini bukanlah pertama maupun terakhir kalinya Bani Israil menunjukkan perilaku sedemikian yang menunjukkan ketidak-patuhan mereka. Kaum Musa sebelumnya pernah mengeluh kepadanya dengan berkata:

"Kami telah ditindas (oleh Fir''aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di muka bumi(Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." (QS. Al A''raaf, 7: 129) !

Berlawanan dengan tingkah laku umatnya yang lemah, Musa sangat percaya diri, karena ketinggian imannya kepada Allah. Semenjak awal perjuangannya, Allah telah memberitahu ia bahwa pertolongan dan du-kungan-Nya akan selalu bersama Musa:

"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir''aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama ka-mi dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." (QS. Thaahaa, 20: 46-47) !

Ketika pertama kali bertemu dengan tukang sihir Fir''aun, Musa "me-rasa takut dalam hatinya" (QS. Thaahaa, 20: 67). Karena itu, Allah pun mewahyukan kepada Musa untuk tidak takut; "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang)." (QS. Thaahaa, 20: 68). Dengan demikian, Musa dididik oleh Allah dan memperoleh kema-tangan penuh terhadap jalan-Nya. Sehingga, ketika sebagian kaumnya merasa takut akan tertangkap, ia berkata: "Sekali-kali tidak akan tersu-sul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 62)

Allah mewahyukan kepada Musa bahwa ia harus memukul lautan dengan tongkatnya: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka, ter-belahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS. Asy-Syu''araa'', 26: 63). Sebenarnya, pada saat Fir''aun melihat mukjizat tersebut, seharusnya ia menyadari bahwa telah terjadi suatu hal yang sangat luar biasa, dan bahwa ia sedang melihat campur tangan ilahiah. Laut terbuka bagi orang-orang yang ingin dihancurkan Fir''aun. Lebih jauh lagi, tidak ada jaminan bahwa lautan tidak akan menutup kembali setelah mereka menyeberang. Namun, ia dan bala tentaranya tetap mengejar Bani Israil ke dalam laut. Kemungkinan besar, Fir''aun dan tentaranya telah kehilangan kemampuan untuk berpikir sehat karena amarah dan kedengkian mereka, dan tidak mampu memahami mukjizat dari keadaan tersebut.

Al Quran menggambarkan saat-saat terakhir Fir''aun sebagai berikut:

"Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka di-ikuti oleh Fir''aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir''aun itu telah hampir tengge-lam berkatalah ia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melain-kan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Yunus, 10: 90) !

Kita dapat melihat mukjizat lain Nabi Musa dalam ayat berikut:

"Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah mem-beri kepada Fir''aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta mereka dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih". Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." (QS. Yunus, 10: 88-89) !


[Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesunguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami. ( QS Yunus 91-92).]

Dapat dipahami dengan jelas dari ayat ini bahwa Musa diberi tahu sebagai jawaban atas permintaannya bahwa Fir''aun akan percaya kepada Allah pada saat ia menghadapi azab yang pedih. Fir''aun memang berkata bahwa ia beriman kepada Allah ketika air mulai menenggelamkannya. Namun, sangat jelas bahwa perilakunya tidak tulus dan palsu. Fir''aun kemungkinan besar mengatakan ini untuk menyelamatkan diri dari kematian.

"Apakah sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami." (QS. Yunus, 10: 91-92) !

Kita juga diwartakan bahwa orang-orang Fir''aun, sebagaimana Fir''aun sendiri, juga menerima bagian hukuman mereka. Karena bala tentara Fir''aun adalah orang-orang yang "angkara murka dan penuh kebencian" (QS. Yunus, 10: 91), "orang-orang yang berdosa" (QS. Al Qashash, 28: 8), "berlaku salah" (QS. Al Qashash, 28: 40), dan "mengira bahwa mereka tidak akan pernah kembali kepada Allah" (QS. Qashash, 28: 39) seperti halnya Fir''aun, mereka pun patut menerima hukuman dari Allah. Maka Allah pun melemparkan Fir''aun dan bala tentaranya ke dalam laut (QS. Al Qashash, 28: 40).

"Kemudian Allah menghukum mereka, dan menenggelamkan mereka di laut karena mereka mendustakan dan lalai akan ayat-ayat-Nya." (QS. Al A''raaf, 7: 136)

Allah menyebutkan dalam Al Quran semua yang terjadi setelah ke-matian Fir''aun :

"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka, dan Kami hancurkan apa yang telah diperbuat Fir''aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun oleh mereka." (QS. Al A''raaf, 7: 137) !

[Harun Yahya]


Newsletter Oase: Subscribe | Unsubscribe