Tuesday, December 25, 2012

IBNU TAIMIYAH DAN MAULID NABI

Ada sebuah tulisan yang cukup
menggelitik dari pemilik Blog
salafytobat [lihat : http://
salafytobat.wordpress.com/2009/05/11/
pemalsuan-pendapat-salaf-oleh-
wahhaby-dengan-kedok-takhrij-dan-
mukhtarat-meringkas/ ] yang mengulas
tentang Ibnu Taimiyyah dan Maulid
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam tulisan tersebut – dengan
yakinnya – ia mengatakan bahwa
Salafy-Wahabi telah melakukan
kecurangan dalam peringkasan kitab
Ibnu Taimiyyah. Dan ia menyiratkan
satu kesimpulan bahwa Ibnu Taimiyyah
rahimahullah telah membolehkan dan
‘merestui’ pelaksanaan Maulid Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam . Dengan
sedikit disertai satu atau dua lembar
scan buku yang berhasil ia dapatkan,
pemilik blog Salafytobat hendak
mengelabuhi pembaca – seperti biasa
ia lakukan – untuk meyakinkan bahwa
apa yang ia tulis adalah benar.
Saya ajak ikhwan semua untuk meneliti
apakah yang dikatakan oleh yang
bersangkutan memang benar atau
hanya sebuah pengkelabuhan. Kitab
yang ia gunakan sebagai sandaran
dalam hal ini adalah kitab Iqtidlaa’
Shiraathil-Mustaqiim karya Ibnu
Taimiyyah yang dikatakan terbitan
Daarul-Hadiits Mesir. Adapun kitab
yang berjudul sama yang saya gunakan
sebagai perbandingan adalah terbitan
Maktabah Ar-Rusyd – Riyadl (terdiri
dari dua jilid), tahqiq : Prof. Dr.
Naashir bin ‘Abdil-Karim Al-‘Aql
hafidhahullah , yang covernya bisa
dilihat di bawah. Selain itu, saya juga
memperbandingkannya dengan Free
Program Maktabah Ibnu Taimiyyah
yang diterbitkan oleh Maktabah
Ruuhul-Islam (yang mengacu pada
hard copy terbitan Daar ‘Aalamil-
Kutub, Beirut -  Cet. 7/1419).
Pemilik blog Salafytobat berkata :
Wahhaby ini memanipulasi fatwa
ibnu taymiyah, sehingga seoalh-
olah ibnu Taymiyah
membid’ahkan amalan maulid
Nabi. Seharusnya dalam kitab
yang asli tertulis :
Syeikh Ibn Taimiyah : “Di dalam
kitab beliau, Iqtidha’ as-Shiratil
Mustaqim, cetakan Darul Hadis,
halaman 266, beliau nyatakan:
Begitu juga apa yang dilakukan
oleh sebahagian manusia
samada menyaingi orang
Nasrani pada kelahiran Isa ﻪﻴﻠﻋ
ﻡﻼﺴﻟﺍ, ataupun kecintaan
kepada Nabi ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ
ﻢﻠﺳﻭ dan mengagungkan
baginda, dan Allah
mengurniakan pahala kepada
mereka atas kecintaan dan
ijtihad ini…”
Seterusnya beliau nyatakan
lagi : “ Ia tidak dilakukan oleh
salaf, tetapi ada sebab
baginya, dan tiada larangan
daripadanya
Kita pula tidak mengadakan
maulid melainkan seperti apa
yang dikatakan oleh Ibn
Taimiyah sebagai: “Kecintaan
kepada Nabi dan mengagungkan
baginda.”
[perhatikan yang tercetak tebal di
atas !!]
Mari kita cek kitab dimaksud, apa
sebenarnya yang dikatakan oleh
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah perihal Maulid Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam . Beliau
berkata :
)) ﻞﺼﻓ . ﻦﻣﻭ ﺕﺍﺮﻜﻨﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺍﺬﻫ
ﺏﺎﺒﻟﺍ : ﺮﺋﺎﺳ ﺩﺎﻴﻋﻷﺍ ﻢﺳﺍﻮﻤﻟﺍﻭ
ﺔﻋﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ، ﺎﻬﻧﺈﻓ ﻦﻣ ﺕﺍﺮﻜﻨﻤﻟﺍ
ﺕﺎﻫﻭﺮﻜﻤﻟﺍ ﺀﺍﻮﺳ ﺖﻐﻠﺑ ﺔﻫﺍﺮﻜﻟﺍ
،ﻢﻳﺮﺤﺘﻟﺍ ﻭﺃ ﻢﻟ ؛ﻪﻐﻠﺒﺗ ﻚﻟﺫﻭ ﻥﺃ
ﺩﺎﻴﻋﺃ ﻞﻫﺃ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ ﻢﺟﺎﻋﻷﺍﻭ ﻲﻬﻧ
:ﻦﻴﺒﺒﺴﻟ ؛ﺎﻬﻨﻋ
: ﺎﻤﻫﺪﺣﺃ ﺎﻬﻴﻓ ﻥﺃ ﺔﻬﺑﺎﺸﻣ . ﺭﺎﻔﻜﻟﺍ
ﻲﻧﺎﺜﻟﺍﻭ : ﻦﻣ ﺎﻬﻧﺃ . ﻉﺪﺒﻟﺍ ﺎﻤﻓ ﺙﺪﺣﺃ
ﻢﺳﺍﻮﻤﻟﺍ ﻦﻣ ﻭ ﻮﻫ ﺩﺎﻴﻋﻷﺍ ﺮﻜﻨﻣ ، ﻥﺇﻭ
ﻢﻟ ﻦﻜﻳ ﺎﻬﻴﻓ ﺔﻬﺑﺎﺸﻣ ﻞﻫﻷ ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ ؛
: ﻦﻴﻬﺟﻮﻟ
ﺎﻤﻫﺪﺣﺃ : ﻥﺃ ﻚﻟﺫ ﻞﺧﺍﺩ ﻲﻓ ﻰﻤﺴﻣ
ﻉﺪﺒﻟﺍ ﺕﺎﺛﺪﺤﻤﻟﺍﻭ ، ﻞﺧﺪﻴﻓ ﺎﻤﻴﻓ
ﻩﺍﻭﺭ ﻢﻠﺴﻣ ﻲﻓ ﻪﺤﻴﺤﺻ ﻦﻋ ﺮﺑﺎﺟ – ﻲﺿﺭ
ﻪﻠﻟﺍ ﺎﻤﻬﻨﻋ – ﻝﺎﻗ : ﻥﺎﻛ ﻝﻮﺳﺭ ﻪﻠﻟﺍ
ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﺫﺇ ﺐﻄﺧ ﺕﺮﻤﺣﺍ
ﻩﺎﻨﻴﻋ ، ﻼﻋﻭ ﻪﺗﻮﺻ ، ﺪﺘﺷﺍﻭ ﻪﺒﻀﻏ ،
ﻰﺘﺣ ﻪﻧﺄﻛ ﺭﺬﻨﻣ ﺶﻴﺟ ﻝﻮﻘﻳ ﻢﻜﺤﺒﺻ
ﻢﻛﺎﺴﻣﻭ ، ﻝﻮﻘﻳﻭ : )) ﺖﺜﻌُﺑ ﺎﻧﺃ
ﺔﻋﺎﺴﻟﺍﻭ ﻦﻴﺗﺎﻬﻛ – ﻥﺮﻘﻳﻭ ﻦﻴﺑ
ﻪﻴﻌﺒﺻﺃ : ﺔﺑﺎﺒﺴﻟﺍ ﻰﻄﺳﻮﻟﺍﻭ –
: ﻝﻮﻘﻳﻭ )) ﺎﻣﺃ ﺪﻌﺑ ﻥﺈﻓ، ﺮﻴﺧ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ
ﺏﺎﺘﻛ ﻪﻠﻟﺍ ، ﺮﻴﺧﻭ ﻱﺪﻬﻟﺍ ﻱﺪﻫ
ﺪﻤﺤﻣ ، ﺮﺷﻭ ﺭﻮﻣﻷﺍ ﺎﻬﺗﺎﺛﺪﺤﻣ ، ﻞﻛﻭ
ﺔﻋﺪﺑ ﺔﻟﻼﺿ (( ﻲﻓﻭ ﺔﻳﺍﻭﺭ ﻲﺋﺎﺴﻨﻠﻟ :
ﺔﻋﺪﺑ ﻞﻛﻭ)) ﻲﻓ ﺔﻟﻼﺿ ((ﺭﺎﻨﻟﺍ
ﺎﻤﻴﻓﻭ ﻩﺍﻭﺭ ﻢﻠﺴﻣ – ًﺎﻀﻳﺃ – ﻲﻓ
ﺢﻴﺤﺼﻟﺍ ﻦﻋ ﺔﺸﺋﺎﻋ – ﻲﺿﺭ ﺎﻬﻨﻋ ﻪﻠﻟﺍ –
ﻦﻋ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻧﺃ
ﻝﺎﻗ : )) ﻦﻣ ﻞﻤﻋ ًﻼﻤﻋ ﺲﻴﻟ ﻪﻴﻠﻋ ﺎﻧﺮﻣﺃ
ﻮﻬﻓ ﺩﺭ ((. ﻲﻓﻭ ﻆﻔﻟ ﻲﻓ ﻦﻴﺤﻴﺤﺼﻟﺍ :
)) ﻦﻣ ﻲﻓ ﺙﺪﺣﺃ ﺎﻧﺮﻣﺃ ﺎﻣ ﺍﺬﻫ ﺲﻴﻟ ﻪﻨﻣ
ﻮﻬﻓ ﺩﺭ ((.
ﻲﻓﻭ ﺚﻳﺪﺤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺼﻟﺍ ﻱﺬﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ﻞﻫﺃ
ﻦﻨﺴﻟﺍ ﻦﻋ ﺽﺎﺑﺮﻌﻟﺍ ﻦﺑ ﺔﻳﺭﺎﺳ ﻦﻋ
ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻧﺃ
:ﻝﺎﻗ )) ﻪﻧﺇ ﻦﻣ ﺶﻌﻳ ﻢﻜﻨﻣ ﺮﻴﺴﻓ
ًﺎﻓﻼﺘﺧﺍ ًﺍﺮﻴﺜﻛ ﻢﻜﻴﻠﻌﻓ ﻲﺘﻨﺴﺑ ﺔﻨﺳﻭ
ﺀﺎﻔﻠﺨﻟﺍ ﻦﻳﺪﺷﺍﺮﻟﺍ
ﻦﻴﻳﺪﻬﻤﻟﺍ ﺍﻮﻜﺴﻤﺗ، ،ﺎﻬﺑ ﻮُّﻀﻋﻭ
ﺎﻬﻴﻠﻋ ﺬﺟﺍﻮﻨﻟﺎﺑ ، ﺕﺎﺛﺪﺤﻣﻭ ﻢﻛﺎﻳﺇﻭ
ﺭﻮﻣﻷﺍ ، ﻥﺈﻓ ﻞﻛ ﺔﺛﺪﺤﻣ ﺔﻋﺪﺑ ، ﻞﻛﻭ
ﺔﻟﻼﺿ ﺔﻋﺪﺑ ((.
ﻩﺬﻫﻭ ﺓﺪﻋﺎﻗ ﺪﻗ ﺖﻟﺩ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﺔﻨﺴﻟﺍ
ﻉﺎﻤﺟﻹﺍﻭ ، ﻊﻣ ﺎﻣ ﻲﻓ ﺏﺎﺘﻛ ﻪﻠﻟﺍ ﻦﻣ
ﺔﻟﻻﺪﻟﺍ ﺎﻬﻴﻠﻋ ًﺎﻀﻳﺃ . ﻝﺎﻗ ﻪﻠﻟﺍ
:ﻰﻟﺎﻌﺗ ْﻡَﺃ} ْﻢُﻬَﻟ ُﺀﺎَﻛَﺮُﺷ ﺍﻮُﻋَﺮَﺷ ْﻢُﻬَﻟ َﻦِﻣ
ِﻦﻳِّﺪﻟﺍ ﺎَﻣ ْﻢَﻟ ْﻥَﺫْﺄَﻳ ِﻪِﺑ {...ُﻪَّﻠﻟﺍ. ﻦﻤﻓ
ﺏﺪﻧ ﻰﻟﺇ ﺀﻲﺷ ﺏﺮﻘﺘﻳ ﻪﺑ ﻰﻟﺇ ﻪﻠﻟﺍ ﻭﺃ
ﻪﺒﺟﻭﺃ ﻪﻟﻮﻘﺑ ﻭﺃ ﻪﻠﻌﻔﺑ ، ﻦﻣ ﺮﻴﻏ ﻥﺃ
ﻪﻋﺮﺸﻳ ﻪﻠﻟﺍ ، ﺪﻘﻓ ﻉﺮﺷ ﻦﻣ ﻦﻳﺪﻟﺍ ﺎﻣ
ﻢﻟ ﻥﺫﺄﻳ ﻪﺑ ﻪﻠﻟﺍ ، ﻦﻣﻭ ﻪﻌﺒﺗﺍ ﻲﻓ
ﻚﻟﺫ ﺪﻘﻓ ﺬﺨﺗﺍ ًﺎﻜﻳﺮﺷ ﻪﻠﻟ ، ﻉﺮﺷ ﻦﻣ
ﻢﻟ ﺎﻣ ﻦﻳﺪﻟﺍ ﻪﺑ ﻥﺫﺄﻳ .........ﻪﻠﻟﺍ
”Pasal : Di antara kemunkaran yang
terjadi pada bab ini adalah adanya
perayaan dan upacara-upacara bid’ah.
Semua itu merupakan kemunkaran
yang dibenci, baik kebencian itu
mencapai derajat haram atau tidak.
Semua perayaan itu dilarang karena
dua hal :
Pertama , Menyerupai apa yang
dilakukan oleh orang-orang kafir.
Kedua, termasuk bid’ah. Oleh karena
itu, walaupun tidak ada keserupaan
dengan Ahli Kitab, segala perayaan dan
upacra itu adalah munkar karena dua
hal :
1. Karena semua upacara itu
termasuk dalam katagori bid’ah
dan sesuatu yang baru, seperti
yang diriwayatkan oleh Muslim
dalam Shahih-nya. Diriwayatkan
Jabir bin Abdillah radliyallaahu
’anhuma ia berkata : ”Rasulullah
shallallaahu ’alaihi wasallam
apabila berkhutbah, maka
matanya memerah, suaranya
meninggi, dan kemarahannya
meluap hingga seakan-akan beliau
seperti penasihat tentara yang
berkata : ’Semoga Allah
memberkahi kalian di waktu pagi
dan sore’ . Kemudian beliau
melanjutkan : ’Aku diutus dan hari
kiamat seperti ini’ – sambil
mendekatkan antara dua jarinya,
yaitu jari telunjuk dan jari tengah
seraya bersabda : ’Sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah
Kitabullah, sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad, dan
dan sejelek-jelek urusan adalah
yang diada-adakan. Dan setiap
yang bid’ah adalah sesat’ . Dalam
riwayat An-Nasa’i : “Setiap bid’ah
adalah sesat yang ada di neraka” .
Muslim juga meriwayatkan dari
Shahih-nya dari ‘Aisyah
radliyallaahu ‘anhaa , dari Nabi
shallallaahu ’alaihi wasallam
bahwa beliau berkata :
“Barangsiapa yang mengerjakan
satu perbuatan yang tidak ada
perintah dari kami, maka ia
tertolak” .
Dalam kitab Shahihain disebutkan
hadits lain yang senada :
“Barangsiapa yang mebuat-buat
suatu yang baru dalam perkara
kami yang tidak termasuk di
dalamnya, maka ia ditolak” .
Dalam hadits lain yang
diriwayatkan oleh Ashhaabus-
Sunan dari ‘Irbadl bin Sariyyah,
dari Nabi shallallaahu ’alaihi
wasallam, bahwasannya beliau
bersabda : “Sesungguhnya siapa
saja di antara kalian yang hidup
setelahku, maka kelak ia akan
melihat perselisihan yang banyak.
Oleh karena itu hendaklah kalian
berpegang teguh kepada
sunnahku dan sunnah para
khulafaur-rasyidin yang
mendapatkan hidayah. Maka
berpegang teguhlah kalian
kepadanya dan gigitlah ia dengan
gigi geraham. Jauhilah segala
perkara yangbaru, karena setiap
perkara yang baru itu adalah
bid’ah, dan setiap bid’ah adalah
sesat” .
Semua ini adalah kaidah yang
ditunjukkan oleh As-Sunnah dan
ijma’, yang dikuatkan oleh ayat-
ayat Al-Qur’an. Diantara adalah
firman Allah : ”Apabila mereka
mempunyai sembahan-sembahan
selain Allah yang mensyari’atkan
untuk agama mereka yang tidak
diijinkan Allah ? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari
Allah) tentulah mereka tekal
dibinasakan. Dan sesungguhnya
orang-orang yang dhalim itu akan
memperoleh adzab yang
pedih” [Asy-Syuuraa : 21].
Oleh karena itu, barangsiapa yang
mendekatkan diri kepada Allah,
baik berupakan perkataan atau
perbuatan yang tidak
disyari’atkan oleh Allah, maka dia
telah membuat syari’at sendiri
dalam agama, yang tidak diijinkan
Allah. Barangsiapa yang
mengambilnya, berarti telah
menjadikan sekutu bagi Allah dan
membuat syari’at agama yang
tidak diijinkan oleh-Nya” [Iqtidlaa
Ash-Shiraathil-Mustaqiim
2/581-583].
........ ﻞﺼﻓ : ﺪﻗ ﻡﺪﻘﺗ ﻥﺃ ﺪﻴﻌﻟﺍ ﻥﻮﻜﻳ
ًﺎﻤﺳﺍ ﺲﻔﻨﻟ ﻥﺎﻜﻤﻟﺍ ، ﺲﻔﻨﻟﻭ
ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ، ﺲﻔﻨﻟﻭ ﻉﺎﻤﺘﺟﻻﺍ ، ﻩﺬﻫﻭ
ﺪﻗ ﺔﺛﻼﺜﻟﺍ ﺙﺪﺣﺃ ًﺎﻴﺷﺃ ﺎﻬﻨﻣ :
ﺎﻣﺃ ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ﺔﺛﻼﺜﻓ ﻉﺍﻮﻧﺃ ، ﻞﺧﺪﻳﻭ
ﺎﻬﻴﻓ ﺾﻌﺑ ﺩﺎﻴﻋﺃ ﻝﺎﻌﻓﻷﺍﻭ ﻥﺎﻜﻤﻟﺍ :
ﺎﻫﺪﺣﺃ : ﻡﻮﻳ ﻢﻟ ﻪﻤﻈﻌﺗ ﺔﻌﻳﺮﺸﻟﺍ
ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ُﻼﺻﺃ ، ﻢﻟﻭ ﻦﻜﻳ ﻪﻟ ﺮﻛﺫ ﻲﻓ
ﻒﻠﺴﻟﺍ ﻻﻭ ﻯﺮﺟ ﻪﻴﻓ ﺎﻣ ﺐﺟﻮﻳ
ﻪﻤﻴﻈﻌﺗ ، ﻞﺜﻣ : ﻝﻭﺃ ﺲﻴﻤﺧ ﻦﻣ ﺐﺟﺭ ،
ﺔﻠﻴﻟﻭ ﻚﻠﺗ ﺔﻌﻤﺠﻟﺍ ﻲﺘﻟﺍ ﻰﻤﺴﺗ
.......ﺐﺋﺎﻏﺮﻟﺍ
ﻉﻮﻨﻟﺍ ﻲﻧﺎﺜﻟﺍ : ﺎﻣ ﻯﺮﺟ ﻪﻴﻓ ﺔﺛﺩﺎﺣ
ﺎﻤﻛ ﻥﺎﻛ ﻱﺮﺠﻳ ﻲﻓ ﻩﺮﻴﻏ ﻦﻣ، ﺮﻴﻏ ﻥﺃ
ﺐﺟﻮﻳ ﻚﻟﺫ ﻪﻠﻌﺟ ،ًﺎﻤﺳﻮﻣ ﻻﻭ ﻥﺎﻛ
ﻒﻠﺴﻟﺍ :ﻪﻧﻮﻤﻈﻌﻳ ﻦﻣﺎﺜﻛ ﺮﺸﻋ ﻱﺫ
ﺔﺠﺤﻟﺍ ﻱﺬﻟﺍ ﺐﻄﺧ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻓ ﻢﺧ ﺮﻳﺪﻐﺑ ﺔﻌﺟﺍﺮﻣ ﻦﻣ
ﺔﺠﺣ ﻉﺍﺩﻮﻟﺍ .....
ﻚﻟﺬﻛﻭ ﺎﻣ ﻪﺛﺪﺤﻳ ﺾﻌﺑ :ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻣﺇ
ﻯﺭﺎﺼﻨﻠﻟ ﺓﺎﻫﺎﻀﻣ ﺩﻼﻴﻣ ﻲﻓ ﻪﻴﻠﻋ-ﻰﺴﻴﻋ
ﺎﻣﺇﻭ،-ﻡﻼﺴﻟﺍ ﺔﺒﺤﻣ ﻲﺒﻨﻠﻟ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻴﻠﻋ ،ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﺪﻗ ﻢﻬﺒﻴﺜﻳ ﻰﻠﻋ
ﻩﺬﻫ ﺔﺒﺤﻤﻟﺍ ﺩﺎﻬﺘﺟﻻﺍﻭ ﻻ ﻰﻠﻋ ﻉﺪﺒﻟﺍ
– ﻦﻣ ﺫﺎﺨﺗﺍ ﺪﻟﻮﻣ ﻲﺒﻨﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ
ﻪﻴﻠﻋ ًﺍﺪﻴﻋ ﻢﻠﺳﻭ ﻊﻣ ﻑﻼﺘﺧﺍ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻲﻓ
ﻩﺪﻟﻮﻣ ، ﻥﺈﻓ ﺍﺬﻫ ﻢﻟ ﻪﻠﻌﻔﻳ ﻒﻠﺴﻟﺍ
ﻊﻣ ﻡﺎﻴﻗ ﻲﻀﺘﻘﻤﻟﺍ ﻪﻟ ، ﻡﺪﻋﻭ ﻊﻧﺎﻤﻟﺍ
ﻪﻴﻓ ﻮﻟ ﻥﺎﻛ ًﺍﺮﻴﺧ ، ﻮﻟﻭ ﻥﺎﻛ ًﺍﺮﻴﺧ
ًﺎﻀﺤﻣ ﻭﺃ ًﺎﺤﺟﺍﺭ ﻥﺎﻜﻟ ﻒﻠﺴﻟﺍ - ﻲﺿﺭ
ﻪﻠﻟﺍ -ﻢﻬﻨﻋ ﻖﺣﺃ ﻪﺑ ﺎﻨﻣ ﻢﻬﻧﺈﻓ،
ﺍﻮﻧﺎﻛ ﺪﺷﺃ ﺔﺒﺤﻣ ﻝﻮﺳﺮﻟ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ
ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ ًﺎﻤﻴﻈﻌﺗﻭ ﻪﻟ
ﺎﻨﻣ ﻢﻫﻭ، ﻰﻠﻋ ﺮﻴﺨﻟﺍ ﺎﻤﻧﺇﻭ،ﺹﺮﺣﺃ
ﻝﺎﻤﻛ ﻪﺘﺒﺤﻣ ﻪﻤﻴﻈﻌﺗﻭ ﻲﻓ
ﻪﺘﻋﺎﻃﻭ،ﻪﺘﻌﺑﺎﺘﻣ ﻉﺎﺒﺗﺍﻭ ،ﻩﺮﻣﺃ
ﺀﺎﻴﺣﺇﻭ ﻪﺘﻨﺳ ًﺎﻨﻃﺎﺑ ًﺍﺮﻫﺎﻇﻭ ، ﺮﺸﻧﻭ
ﺎﻣ ﺚﻌﺑ ﻪﺑ ، ﺩﺎﻬﺠﻟﺍﻭ ﻰﻠﻋ ﻚﻟﺫ
ﺐﻠﻘﻟﺎﺑ ﺪﻴﻟﺍﻭ ﻥﺎﺴﻠﻟﺍﻭ ، ﻥﺈﻓ ﻩﺬﻫ
ﺔﻘﻳﺮﻃ ﻦﻴﻘﺑﺎﺴﻟﺍ ﻦﻴﻟﻭﻷﺍ ﻦﻣ
ﻦﻳﺮﺟﺎﻬﻤﻟﺍ ﻦﻳﺬﻟﺍﻭ،ﺭﺎﺼﻧﻷﺍﻭ
ﻢﻫﻮﻌﺒﺗﺍ ﺮﺜﻛﺃﻭ،ﻥﺎﺴﺣﺈﺑ ﺀﻻﺆﻫ
ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻢﻫﺪﺠﺗ ًﺎﺻﺍَّﺮﺣ ﻰﻠﻋ ﻝﺎﺜﻣﺃ ﻩﺬﻫ
ﻊﻣ-ﻉﺪﺒﻟﺍ ﺎﻣ ﻢﻬﻟ ﺎﻬﻴﻓ ﻦﻣ ﻦﺴُﺣ
ﺪﺼﻘﻟﺍ ﺩﺎﻬﺘﺟﻻﺍﻭ ﻱﺬﻟﺍ ﻰﺟﺮﻳ ﻢﻬﻟ
ﺎﻤﻬﺑ ﺔﺑﻮﺜﻤﻟﺍ - ﻢﻫﺪﺠﺗ ﻦﻳﺮﺗﺎﻓ ﻲﻓ
ﺮﻣﺃ ﻝﻮﺳﺮﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ
ﺎﻤﻋ ﻁﺎﺸﻨﻟﺎﺑ ﺍﻭﺮﻣُﺃ ﻪﻴﻓ ، ﺎﻤﻧﺇﻭ ﻢﻫ
ﺔﻟﺰﻨﻤﺑ ﻦﻣ ﻑﺮﺧﺰﻳ ﺪﺠﺴﻤﻟﺍ ﻻﻭ ﻲﻠﺼﻳ
ﻪﻴﻓ ﻭﺃ، ﻲﻠﺼﻳ ﻪﻴﻓ ًﻼﻴﻠﻗ ﺔﻟﺰﻨﻤﺑﻭ،
ﻦﻣ ﺬﺨﺘﻳ ﺢﻴﺑﺎﺴﻤﻟﺍ ﺕﺍﺩﺎﺠﺴﻟﺍﻭ
،ﺔﻓﺮﺧﺰﻤﻟﺍ ﻝﺎﺜﻣﺃﻭ ﻩﺬﻫ ﻑﺭﺎﺧﺰﻟﺍ
ﺓﺮﻫﺎﻈﻟﺍ ﻲﺘﻟﺍ ﻉﺮﺸُﺗ ﻢﻟ ﺎﻬﺒﺤﺼﻳﻭ، ﻦﻣ
ﺀﺎﻳﺮﻟﺍ ﺮْﺒِﻜﻟﺍﻭ ﻝﺎﻐﺘﺷﻻﺍﻭ، ﻦﻋ
ﻉﻭﺮﺸﻤﻟﺍ ﺎﻣ ﺪﺴﻔﻳ ﻝﺎﺣ ((ﺎﻬﺒﺣﺎﺻ
. ـﻫ.ﺍ
Pasal : Telah dijelaskan di muka bahwa
hari raya adalah sebutan untuk
mengingat nama tempat, waktu, dan
persitiwa secara bersama-sama.
Ketiga hal ini telah menyebabkan
banyak hal.
Tentang hari raya yang berkaitan
dengan waktu sendiri terdiri dari tiga
hal, yang masuk di dalamnya sebagian
hari raya tempat dan peristiwa :
Pertama : Hari yang sama sekali tidak
diagungkan syari’at Islam, tidak
istimewa menurut para salaf, dan tidak
terjadi peristiwa yang seharusnya
diagungkan, seperti awal Kamis bulan
Rajab, malam Jum’at pertama bulan
Rajab yang disebut dengan malam
Raghaaib…… [idem , hal. 617].
Kedua : Hari yang di dalamnya terjadi
satu peristiwa yang juga terjadi pada
hari-hari lainnya sehingga tidak bisa
dijadikan sebagai musim tertentu, dan
tidak diagungkan oleh para salaf.
Misalnya, tanggal 18 Dzulhijjah dimana
pada hari itu Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam berkhutbah di Ghadir Khum,
ketika beliau pulang dari haji
Wada’…… [idem, hal. 618].
Begitu pula yang diadakan oleh
sebagian manusia, baik yang tujuannya
untuk menghormati orang-orang
Nashrani atas kelahiran ‘Isa ataupun
karena mencintai Nabi. Kecintaan dan
ijtihad mereka dalam hal ini tentu akan
mendapatkan pahala di sisi Allah,
tetapi bukan dalam hal bid’ah – seperti
menjadikan kelahiran Nabi sebagai hari
raya tertentu – padahal manusia telah
berbeda pendapat tentang tanggal
kelahiran beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam . Perayaan seperti ini belum
pernah dilakukan oleh para salaf,
meski ada peluang untuk melakukannya
dan tidak ada penghalang tertentu
bagi mereka untuk melakukannya.
Seandainya perayaan itu baik atau
membawa faedah, tentu para salaf
lebih dulu melakukannya daripada kita
karena mereka adalah orang-orang
yang jauh lebih cinta kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan lebih
mengagungkannya. Mereka lebih tamak
kepada kebaikan. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa kesempurnaan cinta dan
pengagungan kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah
dengan cara mengikutinya,
mentaatinya, menjalankan perintahnya,
menghidupkan sunnahnya – baik secara
lahir maupun batin – menyebarkan apa
yang diwahyukan kepadanya, dan
berjihad di dalamnya dengan hati,
kekuatan, tangan, dan lisan. Itulah cara
yang digunakan oleh para salaf, baik
dari golongan Muhajirin, Anshar,
maupun orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, dalam mencintai
dn mengagungkan Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam . Adapun
orang-orang yang gigih dalam
melakukan kegiatan bid’ah peringatan
Maulid Nabi itu – yang mungkin
mereka mempunyai tujuan dan ijtihad
yang baik untuk mendapatkan pahala –
bukanlah orang-orang yang mematuhi
perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam dengan semangat. Mereka
adalah seperti kedudukan orang-orang
yang memperindah masjid, tetapi tidak
shalat di dalamnya, atau hanya
melaksanakan shalat malam di
dalamnya dengan minim, atau
menjadikan tasbih dan sajadah hanya
sebagai hiasan yang tidak
disyari’atkan. Tujuannya adalah untuk
riya’ dan kesombongan serta sibuk
dengan syari’at-syari’at yang dapat
merusak keadaan pelakunya” [idem ,
hal 619-620].
Silakan ikhwah perhatikan perkataan
Ibnu Taimiyyah secara lebih luas di
atas. Apakah yang dikatakan beliau ini
untuk melegalkan dan meridlai amalan
Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam ? Bahkan beliau rahimahullah
mencelanya !! Adapun yang dikatakan
bahwa para pelaku perayaan Maulid
Nabi mendapatkan pahala karena
kecintaannya adalah bagi ulama-ulama
yang berijtihad dan kemudian mereka
salah dalam ijtihadnya. Bukankah Ibnu
Taimiyyah mengatakan : Kecintaan dan
ijtihad mereka dalam hal ini tentu akan
mendapatkan pahala di sisi Allah .
Bukankah ijtihad itu hanya berlaku bagi
para ulama yang memang layak
berijtihad ? Lantas bagaimana
keadaannya dengan para fanatikus,
muqallid, dan pengekor hawa nafsu
yang semangat keagamaan mereka
enggan untuk mengikuti as-salafush-
shaalih ? Enggan mengikuti al-haq
hanya dikarenakan fanatikus madzhab ?
Sungguh aneh ada orang yang
memlintir ucapan Ibnu Taimiyyah agar
sesuai dengan madzhabnya ! Mungkin
dia melewatkan (atau
menyembunyikan ?) perkataan Ibnu
Taimiyyah di bagian akhir kutipan di
atas : Adapun orang-orang yang gigih
dalam melakukan kegiatan bid’ah
peringatan Maulid Nabi itu – yang
mungkin mereka mempunyai tujuan
dan ijtihad yang baik untuk
mendapatkan pahala – bukanlah orang-
orang yang mematuhi perintah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam dengan semangat . Apalagi jika
dikaitkan secara komprehensif
pembahasan di awal perkataan beliau
sebagai nukilan di atas.
Dan ternyata, pemilik blog
@salafytobat memalsukan terjemahan
dengan mengatakan :
“Ia tidak dilakukan oleh salaf, tetapi
ada sebab baginya, dan tiada larangan
daripadanya”
Di kalimat mana Ibnu Taimiyyah
mengatakan ini ? Padahal yang
dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah adalah :
ﻥﺈﻓ ﻢﻟ ﺍﺬﻫ ﻪﻠﻌﻔﻳ ﻊﻣ ﻒﻠﺴﻟﺍ ﻡﺎﻴﻗ
ﻲﻀﺘﻘﻤﻟﺍ ﻪﻟ ﻡﺪﻋﻭ ، ﻊﻧﺎﻤﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﻮﻟ
ﻥﺎﻛ ًﺍﺮﻴﺧ ، ﻮﻟﻭ ﻥﺎﻛ ًﺍﺮﻴﺧ ﻭﺃ ًﺎﻀﺤﻣ
ﻥﺎﻜﻟ ًﺎﺤﺟﺍﺭ - ﻒﻠﺴﻟﺍ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ -ﻢﻬﻨﻋ
ﻖﺣﺃ ﻪﺑ ﺎﻨﻣ
“Perayaan seperti ini belum pernah
dilakukan oleh para salaf, meski ada
peluang untuk melakukannya dan tidak
ada penghalang tertentu bagi mereka
untuk melakukannya. Seandainya
perayaan itu baik atau membawa
faedah, tentu para salaf lebih dulu
melakukannya daripada kita…”.
Jelas beda antara perkataan beliau di
atas dengan apa yang dipalsukan oleh
Salafytobat. Atau memang Salafytobat
tidak bisa berbahasa Arab ?
Salafytobat ternyata juga memotong
kalimat, dimana ia menuliskan : dan
mengagungkan baginda, dan Allah
mengurniakan pahala kepada
mereka atas kecintaan dan ijtihad
ini…”. Padahal kalimat yang lengkap
adalah :
“Kecintaan dan ijtihad mereka dalam
hal ini tentu akan mendapatkan pahala
di sisi Allah, tetapi bukan dalam hal
bid’ah – seperti menjadikan kelahiran
Nabi sebagai hari raya tertentu –
padahal manusia telah berbeda
pendapat tentang tanggal kelahiran
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam”.
Ini satu khianat !
Bahkan Ibnu Taimiyyah tetap
memperingatkan bahwa amalan
perayaan Maulid Nabi itu adalah
amalan yang menyelisihi sunnah dan
wajib untuk ditinggalkan. Amalan
tersebut adalah amalan bid’ah yang
tertolak menurut syari’at. Lebih
jelasnya lagi, mari kita perhatikan
perkataan beliau rahimahullah dalam
kitab yang lain :
ﺎﻣﺃﻭ ﺫﺎﺨﺗﺍ ﻢﺳﻮﻣ ﺮﻴﻏ ﻢﺳﺍﻮﻤﻟﺍ
ﺔﻴﻋﺮﺸﻟﺍ ﺾﻌﺒﻛ ﻲﻟﺎﻴﻟ ﺮﻬﺷ ﻊﻴﺑﺭ
ﻝﻭﻷﺍ ﻲﺘﻟﺍ ، ﻝﺎﻘﻳ ﺪﻟﻮﻤﻟﺍ ﺎﻬﻧﺇ ، ﻭﺃ
ﺾﻌﺑ ﻲﻟﺎﻴﻟ ﺐﺟﺭ ، ﻭﺃ ﻦﻣﺎﺛ ﺮﺸﻋ ﻱﺫ
ﺔﺠﺤﻟﺍ ، ﻭﺃ ﻝﻭﺃ ﺔﻌﻤﺟ ﻦﻣ ﺐﺟﺭ ، ﻭﺃ
ﻦﻣﺎﺛ ﻝﺍﻮﺷ ﻱﺬﻟﺍ ﻪﻴﻤﺴﻳ ﻝﺎﻬﺠﻟﺍ ﺪﻴﻋ
ﺭﺍﺮﺑﻷﺍ ، ﺎﻬﻧﺈﻓ ﻦﻣ ﻉﺪﺒﻟﺍ ﻲﺘﻟﺍ ﻢﻟ
ﺎﻬﺒﺤﺘﺴﻳ ﻒﻠﺴﻟﺍ ، ﻢﻟﻭ ﺎﻫﻮﻠﻌﻔﻳ ،
ﻪﻧﺎﺤﺒﺳ ﻪﻠﻟﺍﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗﻭ ﻢﻠﻋﺃ
“Adapun mengadakan upacara
peribadahan selain yang disyari’atkan,
seperti malam-malam Rabi’ul-Awwal
yang sering disebut Maulid (Nabi),
atau malam-malam Rajab, atau tanggal
18 Dzulhijjah , atau awal Jum’at bulan
Rajab, atau hari ke-8 bulan Syawwal
yang dinamakan oleh orang-orang
bodoh dengan ‘Iedul-Abraar;
semuanya termasuk bid’ah yang tidak
disunnahkan salaf dan tidak mereka
kerjakan. Wallaahu subhaanahu wa
ta’ala a’lam [ Majmu’ Al-Fataawaa ,
25/298].
Dr. Muhammad Rawwas Al-Qal’ahjiy
telah melakukan penelitian di kitab-
kitab Ibnu Taimiyyah untuk
merumuskan faedah fiqh yang
terkandung di dalamnya telah
mengatakan bahwa perayaan Maulid
Nabi termasuk perayaan bid’ah yang
tidak disyari’atkan dalam Islam [lihat
Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah oleh Dr.
Muhammad Rawwaas Qal’ahjiy, hal.
1040-1041; Daarun-Nafaais, Cet.
2/1422, Beirut].
Semoga sedikit tulisan ini ada
manfaatnya, terutama untuk menjawab
syubhat (trik) yang sedang dijalankan
oleh orang yang menamakan dirinya
Salafytobat. Semoga Allah memberikan
petunjuk kepada kita semua.
Berikut saya sertakan scan kitab yang
menjadi rujukan dalam tulisan ini.
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 581 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 582 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 583 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 617 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 618 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 619 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 620 :
Kitab Majmu’ Al-Fataawaa, 25/298 :
Kitab Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah
Cover :
Kitab Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah
hal. 1040 :
Kitab Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah
hal. 1041 :