Thursday, December 13, 2012

RAMALAN ZODIAK


Sebentar lagi adalah bulannya
bersinar bagi para sagitarius ,
Desember ...memasuki masa
ini sagitarius akan
mendapatkan banyak
keberuntungan, dari masalah
cinta, ekonomi, dan rumah
tangga, namun anda
sebaiknya jangan bersuka cita
terlebih dahulu, karena di
penghujung bulan anda akan
mendapat sedikit gangguan
pada lambung anda, jangan
lupa juga ginjal anda, karena
di akhir bulan desember ini
gangguan pada fungsi organ
tersebut meningkat ...
Astrologi Dalam Islam
Tunggu dulu! Jangan terburu-
buru saudara menyangka saya
mengetahui masa depan dan
aktivitas saudara terutama bagi
saudara yang terlahir konon
sebagai bintang sagitarius.
Akan tetapi kalimat di atas
adalah secuplik kalimat
ramalan astrolog yang kami
ambil dari sebuah koran
ternama dalam rubrik
perbintangan.
Dilihat dari nama rubriknya,
dapat diketahui bahwa dasar
pemikiran para astrolog atau
yang sejalan pemikirannya
dengan mereka adalah letak
dan konfigurasi bintang-
bintang di langit. Misalnya, bila
letak gugusan bintang Bima
Sakti di arah A lalu kebetulan
ada seorang bayi lahir tepat
pada malam ketika bintang itu
terbit maka diramalkan bayi itu
akan menjadi orang terkenal
setelah besar nanti.
Apabila kita perhatikan
ramalan di atas, akan terlihat
bahwa si peramal mencoba
atau seolah olah mengetahui
hal-hal ghaib. Seakan ia
mampu membaca dan
menentukan nasib seseorang.
Dengan dasar ini ia
memerintah dan melarang
pasiennya untuk berbuat
sesuatu. Bahkan ia sering
menakut-nakutinya meskipun
akhirnya memberi kabar
gembira atau hiburan dengan
kata-kata manis. Bagi orang
yang senang akan rubrik
seperti tersebut di atas atau
yang suka
membaca buku-buku astrologi
(ramalan-ramalan bohong)
terkadang ramalan itu cocok
dengan keadaan yang di alami.
Namun yang menjadi
permasalahan, darimana
pikiran peramal itu mencuat?
Bagaimana pandangan Islam
terhadap masalah ini?
Sesungguhnya perkara-perkara
ghaib hanyalah Allah yang
mengetahui. Dan ini adalah
hak prerogatif Allah semata,
selain makhluk yang Ia
beritahukan tentangnya,
seperti sebagian Malaikat dan
para Rasul sebagai mukjizat.
Dalam hal ini, Allah berfirman :
“(Dia adalah Rabb) Yang
mengetahui yang ghaib. Maka
Dia tidak memperlihatkan
kepada
seseorang pun tentang yang
ghaib itu kecuali kepada Rasul
yang diridlai-Nya. Maka
sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (Malaikat) di
muka bumi dan di
belakangnya.” (QS. Al Jin :
26-27)
Barangsiapa mengaku
mengetahui perkara atau ilmu
ghaib selain orang yang
dikecualikan sebagaimana ayat
di atas, maka ia telah kafir.
Baik mengetahuinya dengan
perantaraan membaca garis-
garis tangan, di dalam gelas,
perdukunan, sihir, dan ilmu
perbintangan atau selain itu.
Yang terakhir ini yang biasa
dilakukan oleh paranormal.
Bila ada orang sakit bertanya
kepadanya tentang sebab
sakitnya maka akan dijawab :
“Saudara sakit karena
perbuatan orang yang tidak
suka kepada saudara.”
Darimana dia tahu bahwa
penyebab sakitnya adalah dari
perbuatan seseorang,
sementara tidak ada bukti-
bukti yang kuat sebagai dasar
tuduhannya?
Sebenarnya hal ini tidak lain
adalah karena bantuan jin dan
para syaithan. Mereka
menampakkan kepada
khalayak dengan cara-cara di
atas (melihat letak bintang,
misalnya) hanyalah tipuan
belaka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
berkata : “Para dukun dan yang
sejenis dengan mereka
sebenarnya mempunyai
pembantu atau pendamping
(qarin) dari kalangan syaithan
yang mengabarkan perkara-
perkara ghaib yang dicuri dari
langit. Kemudian para dukun
itu menyampaikan berita
tersebut dengan tambahan
kedustaan. Di antara mereka
ada yang
mendatangi syaithan dengan
membawa makanan, buah-
buahan, dan lain-lain (untuk
dipersembahkan) … . Dengan
bantuan jin, mereka ada yang
dapat terbang ke Makkah atau
Baitul Maqdis atau tempat
lainnya.” (Kitabut Tauhid,
Syaikh Fauzan halaman 25)
Sungguh benar kabar
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam mengenai syaithan
yang mencuri berita dari langit.
Diceritakan dalam sebuah
hadits : Tatkala Allah
memutuskan perkara di langit,
para Malaikat mengepakkan
sayap, mereka merasa tunduk
dengan firman-Nya, seolah-
olah kepakan sayap itu bunyi
gemerincing rantai di atas batu
besar. Ketika telah hilang rasa
takut, mereka saling bertanya :
“Apakah yang dikatakan
Rabbmu? Dia berkata tentang
kebenaran dan Dia Maha Tinggi
lagi Maha Besar.”
Lalu firman Allah itu didengar
oleh pencuri berita langit. Para
pencuri berita itu saling
memanggul (untuk sampai di
langit), lalu melemparkan hasil
curiannya itu kepada teman di
bawahnya. (HR. Bukhari dari
Abi Hurairah radliyallahu
'anhu)
Seorang dukun atau
paranormal yang
memberitakan perkara-perkara
ghaib sebenarnya menerima
kabar dari syaithan itu dengan
jalan melihat letak bintang
untuk menentukan atau
mengetahui peristiwa-peristiwa
di bumi, seperti letak benda
yang hilang, nasib seseorang,
perubahan musim, dan lain-
lain. Inilah yang biasa disebut
ilmu perbintangan atau tanjim.
Sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :
“ … Kemudian melemparkan
benda itu kepada orang yang di
bawahnya sampai akhirnya
kepada dukun atau tukang
sihir. Terkadang setan itu
terkena panah bintang sebelum
menyerahkan berita dan
terkadang berhasil. Lalu setan
itu menambah berita itu
dengan seratus
kedustaan.” (HR. Bukhari dari
Abi Hurairah radliyallahu
'anhu)
Meskipun demikian, masih
banyak orang yang
mempercayai dan mau
mendatangi peramal atau
astrolog atau para dukun,
bukan saja dari kalangan
orang yang berpendidikan dan
ekonomi rendahan bahkan dari
orang-orang yang
berpendidikan dan berstatus
sosial tinggi. Perbuatan orang
yang mendatangi atau yang
didatangi dalam hal ini para
dukun sama-sama
mendapatkan dosa dan
ancaman keras dari Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
berupa dosa syirik dan tidak
diterima shalatnya selama 40
malam.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa
Sallam bersabda : “Barangsiapa
yang mendatangi dukun dan
menanyakan tentang sesuatu
lalu membenarkannya, maka
tidak diterima shalatnya 40
malam.” (HR. Muslim dari
sebagian istri Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam)
Pada kesempatan lain, Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
juga mengancam mereka
tergolong orang-orang yang
ingkar (kufur) dengan apa yang
dibawa beliau Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam :
“Barangsiapa yang mendatangi
dukun (peramal) dan
membenarkan apa yang
dikatakannya, sungguh ia telah
ingkar (kufur) dengan apa yang
dibawa Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)
Ancaman dalam hadits di atas
berlaku untuk yang
mendatangi dan menanyakan,
baik membenarkan atau tidak.
(Syaikh Abdurrahman Alu
Syaikh 1979)
Tujuan Penciptaan Bintang-
Bintang
Alam dan segala isinya
diciptakan dengan hikmah
karena diciptakan oleh Dzat
yang memiliki sifat Maha
Memberi Hikmah dan Maha
Mengetahui. Dia Maha
Mengetahui apa yang di depan
dan di balik ciptaan-Nya.
Sehingga mustahil Allah
mencipta makhluk dengan
main-main. Sebab itu,
kewajiban atas makhluk-Nya
ialah tunduk dan menerima
berita, perintah, dan larangan-
Nya. Sebagai contoh, yang
berhubungan dengan
pembahasan kali ini ialah
penciptaan bintang bintang di
langit.
Allah Subhanahu wa Ta'ala
memberitakan bahwa
penciptaan bintang-bintang itu
ialah untuk penerang, hiasan
langit, penunjuk jalan, dan
pelempar setan yang mencuri
wahyu yang sedang diucapkan
di hadapan para malaikat.
Sebagaimana Dia firmankan :
“Dan sungguh, Kami telah
menghiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang dan
Kami
jadikan bintang-bintang itu
alat-alat pelempar setan.” (QS.
Al Mulk : 5)
Dalam kitab Shahih Bukhari
disebutkan bahwa Allah
Subhanahu wa Ta'ala
menciptakan bintang-bintang
itu untuk tujuan sebagai hiasan
langit, alat pelempar setan, dan
rambu-rambu jalan. Maka
barangsiapa
mempergunakannya untuk
selain tujuan itu, sungguh
terjerumus ke dalam
kesalahan, kehilangan bagian
akhiratnya, dan terbebani
dengan satu hal yang tak
diketahuinya. (Perkataan
dalam kitab Shahih Bukhari di
atas adalah ucapan Qatadah
rahimahullah)
Hukum Mempelajari Ilmu
Falak
Para ulama berbeda pendapat
dalam menentukan hukum
mempelajari ilmu perbintangan
atau ilmu falak (astrologi).
Qatadah rahimahullah
(seorang tabi’in) dan Sufyan
bin Uyainah (seorang ulama
hadits, wafat pada tahun 198
H) mengharamkan secara
mutlak mempelajari ilmu falak.
Sedangkan Imam Ahmad dan
Ishaq rahimahullah
memperbolehkan dengan
syarat tertentu.
Menurut Syaikh Muhammad
bin Abdil Aziz As Sulaiman Al
Qarawi --yang berusaha
mengkompromikan perbedaan
pendapat para ulama di atas--
bahwa mempelajarinya
adalah :
Pertama, kafir bila meyakini
bintang-bintang itu sendiri
yang mempengaruhi segala
aktivitas makhluk di bumi. Ini
yang pertama.
Kedua, mempelajarinya untuk
menentukan kejadian-kejadian
yang ada, akan tetapi semua itu
diyakini karena takdir dan
kehendak-Nya. Maka yang
kedua ini hukumnya haram.
Ketiga, mempelajarinya untuk
mengetahui arah kiblat,
penunjuk jalan, waktu,
menurut jumhur ulama hal ini
diperbolehkan (jaiz).
Dari uraian di atas dapat
diketahui bahwa mengaku
mengetahui ilmu ghaib
menyebabkan pelakunya kafir.
Sedangkan mendatangi dukun
dan bertanya kepadanya,
hukumnya haram, baik ia
membenarkan atau tidak. Dan
yang disebut dukun sekarang
ini banyak julukannya. Kadang
ia disebut orang pintar atau
paranormal, astrolog,
fortuneteller, atau yang
lainnya. Walaupun begitu,
hakikatnya sama saja.
Penggunaan julukan yang
berbeda-beda hanyalah sebagai
pelaris dagangan saja (atau
agar terkesan tidak ketinggalan
jaman). Hal ini karena
mempelajari ilmu falak yang
ditujukan untuk meramal nasib
atau mengaku mengetahui
ilmu ghaib merupakan
tindakan kekufuran. Tujuan
penciptaan bintang adalah
sebagaimana yang telah
diterangkan Allah dan para
ulama, bukan untuk
mengetahui perkara ghaib
seperti yang diyakini oleh
sebagian besar astrolog. Ayat
yang mengatakan : “Dan (Dia
ciptakan) tanda-tanda
(penunjuk jalan). Dan dengan
bintang-bintang itulah mereka
(mendapat petunjuk).” (QS. An
Nahl : 16)
Maksudnya, agar manusia
mengetahui arah jalan dengan
mengetahui letak bintang-
bintang, bukan untuk
mengetahui perkara ghaib.
Banyak hadits Nabi Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam yang
mengharamkan dan melarang
mempelajari ilmu nujum
(perbintangan) dengan tujuan
yang dilarang syariat, seperti
hadits : “Barangsiapa
mempelajari satu cabang dari
cabang ilmu nujum
(perbintangan) sungguh ia
telah mempelajari satu cabang
ilmu sihir … .” (HR. Ahmad [1],
Abu Dawud, dan Ibnu Majah
dari Ibnu Abbas)
Sementara Islam
mengharamkan orang yang
menyihir atau meminta sihir.
Dan mengaku mengetahui ilmu
ghaib merupakan perkara yang
membatalkan atau
menggugurkan tauhid dan
keimanan orang karena
menandingi Allah Subhanahu
wa Ta'ala dalam sifat
Rububiyah. (Kitabut Tauhid,
Syaikh Fauzan halaman 25)
Wallahul Musta’an.
[1] Hadits hasan, dihasankan
oleh Syaikh Ibnu Alis Sinan dan
dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami’
nomor 5950 dan dalam Ash
Shahihah nomor 793.
Nah sekarang jelaskan
bagaimana sebenarnya ilmu
perbintangan itu ? ok ..semoga
bermanfaat ya