Tuesday, December 25, 2012

MENITI JALAN YANG LURUS

312 days ago
Ibnu Mas’ud berkata:
Rasulullah menggaris satu garis
dengan tangannya, kemudian
bersabda: “Ini adalah jalan Allah
yang lurus.” Setelahnya beliau
menggaris beberapa garis di
sebelah kanan dan kirinya,
kemudian beliau bersabda: “Ini
adalah jalan-jalan. Tidak ada satu
jalan pun dari jalan-jalan ini
melainkan di atasnya ada setan
yang mengajak kepadanya.” Beliau
lalu membaca ayat: “Sesungguhnya
ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah jalan ini dan jangan kalian
mengikuti jalan-jalan lain karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan
kalian dari jalan-Nya.” Hadits ini
diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad
dalam Musnad-nya (1/465 dan
1/435) dan Ad-Darimi dalam
Sunan-nya (no. 204).
---------------------------------------------------------
Segala puji bagi Allah yang telah
menunjukkan jalan yang lurus dan
mengangkat hamba terkasih-Nya
sebagai pemandu menuju-Nya.
Salawat dan salam semoga
tercurah kepada Muhammad
sebaik-baik nabi dan utusan, dan
juga bagi para sahabat serta
pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman. Amma ba’du .
Ayat-ayat al-Qur’an yang begitu
indah dan menakjubkan,
memberikan kepada kita gambaran
yang jelas mengenai karakter dan
hakekat jalan yang lurus. Jalan yang
setiap hari kita mohon kepada
Allah untuk ditunjuki kepadanya.
Jalan yang akan mengantarkan
penempuhnya menuju surga dan
kebahagiaan, serta melemparkan
orang yang melenceng darinya
menuju neraka dan kesengsaraan.
Memadukan antara ilmu dan
amal
Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Yaitu jalannya orang-
orang yang Engkau beri nikmat atas
mereka, bukan jalan orang-orang
yang dimurkai dan bukan pula jalan
orang-orang yang tersesat.” ( QS.
al-Fatihah: 7 ).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
menerangkan bahwa hakekat jalan
yang lurus itu akan diperoleh
dengan cara mengenali kebenaran
dan mengamalkannya (lihat Taisir
al-Karim ar-Rahman , hal. 39).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
berkata, “Dengan ucapan anda
‘Ihdinash shirathal mustaqim’ itu
artinya anda telah meminta kepada
Allah ta’ala ilmu yang bermanfaat
dan amal yang saleh.” (Tafsir Juz
‘Amma , hal. 12).
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr
hafizhahullah berkata, “Maka orang
yang diberi nikmat atas mereka
yaitu orang yang berilmu sekaligus
beramal. Adapun orang-orang yang
dimurkai yaitu orang-orang yang
berilmu namun tidak beramal.
Sedangkan orang-orang yang
tersesat ialah orang-orang yang
beramal tanpa landasan
ilmu.” ( Tsamrat al-’Ilmi al-’Amalu ,
hal. 14). Ibnul Qayyim rahimahullah
menjelaskan bahwa penyebab
orang terjerumus dalam kesesatan
ialah rusaknya ilmu dan keyakinan.
Sedangkan penyebab orang
terjerumus dalam kemurkaan ialah
rusaknya niat dan amalan (lihat al-
Fawa’id , hal. 21)
Memadukan antara tauhid dan
ketaatan
Allah ta’ala berfirman
memberitakan ucapan Nabi ‘Isa
‘alaihis salam (yang artinya), “Maka
bertakwalah kalian kepada Allah
dan taatilah aku. Sesungguhnya
Allah adalah Rabbku dan Rabb
kalian, maka sembahlah Dia. Inilah
jalan yang lurus.” ( QS. Ali Imran:
50-51, lihat juga QS. Az-Zukhruf:
63-64 ).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Inilah, yaitu
penyembahan kepada Allah,
ketakwaan kepada-Nya, serta
ketaatan kepada rasul-Nya
merupakan ‘jalan lurus’ yang
mengantarkan kepada Allah dan
menuju surga-Nya, adapun yang
selain jalan itu maka itu adalah
jalan-jalan yang menjerumuskan ke
neraka.” (Taisir al-Karim ar-
Rahman , hal. 132). Ibnul Qayyim
rahimahullah berkata, “…
Sesungguhnya kebenaran itu hanya
satu, yaitu jalan Allah yang lurus,
tiada jalan yang mengantarkan
kepada-Nya selain jalan itu. Yaitu
beribadah kepada Allah tanpa
mempersekutukan-Nya dengan
apapun, dengan cara menjalankan
syari’at yang ditetapkan-Nya
melalui lisan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam, bukan dengan
[landasan] hawa nafsu maupun
bid’ah-bid’ah…” (at-Tafsir al-
Qayyim , hal. 116-117)
Dalam surat Maryam, Allah ta’ala
juga memberitakan ucapan Isa
‘alaihis salam tersebut (yang
artinya), “Dan sesungguhnya Allah
adalah Rabbku dan Rabb kalian,
maka sembahlah Dia. Inilah jalan
yang lurus.” ( QS. Maryam: 36 ).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
menerangkan, bahwa makna
‘sembahlah Dia’ adalah: ikhlaskan
ibadah kepada-Nya, bersungguh-
sungguhlah dalam inabah (taubat
dan semakin taat) kepada-Nya. Di
dalam ungkapan ‘Sesungguhnya
Allah adalah Rabbku dan Rabb
kalian maka sembahlah Dia’
terkandung penetapan tauhid
rububiyah dan tauhid uluhiyah,
serta berargumentasi dengan
tauhid yang pertama (rububiyah)
untuk mewajibkan tauhid yang
kedua (uluhiyah) (lihat Taisir al-
Karim ar-Rahman , hal. 493)
Bahkan, Allah sendiri telah
menegaskan bahwa tauhid dan
ketaatan kepada-Nya inilah jalan
yang lurus itu, bukan penyembahan
dan ketaatan kepada syaitan. Allah
ta’ala berfirman (yang artinya),
“Bukankah Aku telah berpesan
kepada kalian, wahai keturunan
Adam; Janganlah kalian
menyembah syaitan. Sesungguhnya
dia adalah musuh yang nyata bagi
kalian. Dan sembahlah Aku. Inilah
jalan yang lurus.” ( QS. Yasin:
60-61 ). Syaikh as-Sa’di
rahimahullah menerangkan, bahwa
yang dimaksud ‘mentaati syaitan’
itu mencakup segala bentuk
kekafiran dan kemaksiatan. Adapun
jalan yang lurus itu adalah
beribadah kepada Allah, taat
kepada-Nya, dan mendurhakai
syaitan (lihat Taisir al-Karim ar-
Rahman , hal. 698)
Perlu diingat, bahwa ketaatan
kepada Rasul pada hakekatnya
merupakan ketaatan kepada Allah,
tidak bisa dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Barangsiapa yang
taat kepada rasul itu, sesungguhnya
dia telah taat kepada Allah.” ( QS.
an-Nisaa’: 80 ). Ayat ini
menunjukkan bahwa semua orang
yang taat kepada Rasulullah dalam
hal perintah dan larangannya
sesungguhnya telah taat kepada
Allah ta’ala . Karena rasul tidaklah
memerintah dan melarang kecuali
dengan perintah dari Allah, dengan
syari’at dan wahyu dari-Nya.
Sehingga hal ini menunjukkan
‘ishmah /keterpeliharaan diri Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena
Allah memerintahkan taat kepada
beliau secara mutlak (lihat Taisir al-
Karim ar-Rahman , hal. 189)
Kata Kunci
Dari pemaparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada empat kata
kunci agar seorang hamba bisa
berjalan di atas jalan yang lurus,
yaitu:
1. Ilmu , karena dengan
ilmu ini maka dia akan
bisa membedakan
mana yang benar dan
mana yang salah,
mana tauhid mana
syirik, mana sunnah
mana bid’ah, mana
taat mana maksiat,
dst.
2. Amal, karena dengan
mengamalkan ilmunya
dia akan terbebas dari
kemurkaan Allah,
bahkan dia akan
mendapatkan
tambahan petunjuk
karenanya. Allah ta’ala
berfirman (yang
artinya), “Orang-orang
yang mengikuti
petunjuk itu, maka
Allah akan
menambahkan kepada
mereka petunjuk dan
Allah berikan kepada
mereka ketakwaan
mereka.” ( QS.
Muhammad: 17). Di
dalam ayat yang mulia
ini Allah menjanjikan
dua balasan bagi
orang yang mengikuti
petunjuk (baca:
mengamalkan
ilmunya), yaitu: ilmu
yang bermanfaat dan
amal yang saleh (lihat
Taisir al-Karim ar-
Rahman , hal. 787)
3. Tauhid , karena dengan
memahami dan
melaksanakan tauhid
maka seorang hamba
telah mewujudkan
tujuan hidupnya dan
berada di atas jalan
yang akan
mengantarkannya ke
surga, jika dia
istiqomah di atasnya
hingga ajal tiba.
4. Taat , karena dengan
menjalankan perintah
dan menjauhi larangan
berarti dia telah
menunjukkan
penghambaannya
kepada Allah dan
kepatuhannya kepada
Rasulullah, sehingga
dia akan mendapatkan
keberuntungan -di
dunia maupun di
akherat- sebagaimana
yang dijanjikan oleh
Allah kepada hamba-
hamba-Nya yang taat
kepada-Nya. Allahu
a’lam