Thursday, December 13, 2012

MAULID TERNYATA DARI SYI'AH FATIMIYAH


Jika kita menelusuri dalam
kitab tarikh (sejarah),
perayaan Maulid Nabi tidak
kita temukan pada masa
sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in
dan empat Imam Madzhab
(Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka
adalah orang-orang yang
sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah orang-orang
yang paling paham mengenai
sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling
semangat dalam mengikuti
setiap ajaran beliau.
Perlu diketahui pula bahwa -
menurut pakar sejarah yang
terpercaya-, yang pertama kali
mempelopori acara Maulid
Nabi adalah Dinasti
‘Ubaidiyyun atau disebut juga
Fatimiyyu n (silsilah
keturunannya disandarkan
pada Fatimah). Sebagai
buktinya adalah penjelasan
berikut ini.
Al Maqriziy, seorang pakar
sejarah mengatakan, “Para
khalifah Fatimiyyun memiliki
banyak perayaan sepanjang
tahun. Ada perayaan tahun
baru, hari ‘Asyura, maulid
(hari kelahiran) Nabi , maulid
Ali bin Abi Thalib, maulid
Hasan dan Husain, maulid
Fatimah al Zahra, maulid
khalifah yang sedang berkuasa,
perayaan malam pertama
bulan Rajab, perayaan malam
pertengahan bulan Rajab,
perayaan malam pertama
bulan Sya’ban, perayaan
malam pertengahan bulan
Rajab, perayaan malam
pertama bulan Ramadhan,
perayaan malam penutup
Ramadhan, perayaan ‘Idul
Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir,
perayaan musim dingin dan
musim panas, perayaan malam
Al Kholij, hari Nauruz (Tahun
Baru Persia), hari Al Ghottos,
hari Milad (Natal), hari Al
Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum
paskah), dan hari Rukubaat.”
(Al Mawa’izh wal I’tibar bi
Dzikril Khutoti wal Atsar,
1/490. Dinukil dari Al Maulid ,
hal. 20 dan Al Bida’ Al
Hawliyah , hal. 145-146)
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy,
mufti negeri Mesir dalam
kitabnya Ahsanul Kalam (hal.
44) mengatakan bahwa yang
pertama kali mengadakan
enam perayaan maulid yaitu:
perayaan Maulid (hari
kelahiran) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam , maulid ‘Ali,
maulid Fatimah, maulid Al
Hasan, maulid Al Husain –
radhiyallahu ‘anhum- dan
maulid khalifah yang berkuasa
saat itu yaitu Al Mu’izh
Lidinillah (keturunan
‘Ubaidillah dari dinasti
Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali
Mahfuzh dalam kitabnya Al
Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal.
251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy
dalam Al Muhadhorot Al
Fikriyah (hal. 84) juga
mengatakan bahwa yang
mengadakan perayaan Maulid
pertama kali adalah
‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).
(Dinukil dari Al Maulid , hal.
20)
Kebanyakan orang belum
mengetahui siapakah
Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.
Seolah-olah Fatimiyyun ini
adalah orang-orang sholeh dan
punya i’tiqod baik untuk
mengagungkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam . Tetapi
senyatanya tidak demikian.
Banyak ulama menyatakan
sesatnya mereka dan berusaha
membongkar kesesatan
mereka.
Al Qodhi Al Baqillaniy menulis
kitab khusus untuk
membantah Fatimiyyun yang
beliau namakan “Kasyful Asror
wa Hatkul Astar (Menyingkap
rahasia dan mengoyak tirai)”.
Dalam kitab tersebut, beliau
membuka kedok Fatimiyyun
dengan mengatakan, “ Mereka
adalah suatu kaum yang
menampakkan pemahaman
Rafidhah (Syi’ah) dan
menyembunyikan kekufuran
semata .”
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al
Haroni Ad Dimasqiy
mengatakan, “Tidak
disangsikan lagi, jika kita
melihat pada sejarah kerajaan
Fatimiyyun, kebanyakan dari
raja (penguasa) mereka adalah
orang-orang yang zholim,
sering menerjang perkara yang
haram, jauh dari melakukan
perkara yang wajib, paling
semangat dalam
menampakkan bid’ah yang
menyelisihi Al Kitab dan As
Sunnah, dan menjadi
pendukung orang munafik dan
ahli bid’ah. Perlu diketahui,
para ulama telah sepakat
bahwa Daulah Bani Umayyah,
Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah)
lebih dekat pada ajaran Allah
dan Rasul-Nya, lebih berilmu,
lebih unggul dalam keimanan
daripada Daulah Fatimiyyun.
Dua daulah tadi lebih sedikit
berbuat bid’ah dan maksiat
daripada Daulah Fatimiyyun.
Begitu pula khalifah kedua
daulah tadi lebih utama
daripada Daulah Fatimiyyun.”
Beliau rahimahullah juga
mengatakan, “Bani Fatimiyyun
adalah di antara manusia yang
paling fasik (banyak
bermaksiat) dan paling kufur.”
(Majmu’ Fatawa , 35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki
Nasab sampai Fatimah?
Bani Fatimiyyun atau
‘Ubaidiyyun juga menyatakan
bahwa mereka memiliki nasab
(silsilah keturunan) sampai
Fatimah. Ini hanyalah suatu
kedustaan . Tidak ada satu pun
ulama yang menyatakan
demikian.
Ahmad bin ‘Abdul Halim juga
mengatakan dalam halaman
yang sama,  “Sudah diketahui
bersama dan tidak bisa
disangsikan lagi bahwa siapa
yang menganggap mereka di
atas keimanan dan ketakwaan
atau menganggap mereka
memiliki silsilah keturunan
sampai Fatimah, sungguh ini
adalah suatu anggapan tanpa
dasar ilmu sama sekali. Allah
Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan
tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36).
Begitu juga Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya),
“Kecuali orang yang bersaksi
pada kebenaran sedangkan
mereka mengetahuinya. ” (QS.
Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala
juga mengatakan saudara
Yusuf (yang artinya), “ Dan
kami hanya menyaksikan apa
yang kami ketahui .” (QS. Yusuf:
81). Perlu diketahui bahwa
tidak ada satu pun ulama yang
menyatakan benarnya silsilah
keturunan mereka sampai
pada Fatimah.”
Begitu pula Ibnu Khallikan
mengatakan, “Para ulama
peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab
[yang katanya sampai pada
Fatimah].” (Wafayatul A’yan ,
3/117-118)
Perhatikanlah pula perkataan
Al Maqrizy di atas, begitu
banyak perayaan yang
dilakukan oleh Fatimiyyun
dalam setahun, kurang lebih
ada 25 perayaan. Bahkan lebih
parah lagi mereka juga
mengadakan perayaan hari
raya orang Majusi dan
Nashrani yaitu hari Nauruz
(Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), dan
hari Al Khomisul ‘Adas
(perayaan tiga hari selelum
Paskah). Ini pertanda bahwa
mereka jauh dari Islam.
Bahkan perayaan-perayaan
maulid yang diadakan oleh
Fatimiyyun tadi hanyalah
untuk menarik banyak masa
supaya mengikuti madzhab
mereka. Jika kita menilik
aqidah mereka, maka akan
nampak bahwa mereka
memiliki aqidah yang rusak
dan mereka adalah pelopor
dakwah Batiniyyah yang sesat.
(Lihat Al Bida’ Al Hawliyah ,
146, 158)
‘Abdullah At Tuwaijiriy
mengatakan, “Al Qodhi Abu
Bakr Al Baqillaniy dalam
kitabnya ‘yang menyingkap
rahasia dan mengoyak tirai
Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau
menyebutkan bahwa Bani
Fatimiyyun adalah keturunan
Majusi. Cara beragama mereka
lebih parah dari Yahudi dan
Nashrani. Bahkan yang paling
ekstrim di antara mereka
mengklaim ‘Ali sebagai ilah
(Tuhan yang disembah) atau
ada sebagian mereka yang
mengklaim ‘Ali memiliki
kenabian. Sungguh Bani
Fatimiyyun ini lebih kufur dari
Yahudi dan Nashrani.
Al Qodhi Abu Ya’la dalam
kitabnya Al Mu’tamad
menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan
kekufuran Bani Fatimiyyun.
Begitu pula Abu Hamid Al
Ghozali membantah aqidah
mereka dalam kitabnya Fadho-
ihul Bathiniyyah (Mengungkap
kesalahan aliran Batiniyyah).”
(Al Bida’ Al Hawliyah ,
142-143)
Inilah sejarah yang kelam dari
Maulid Nabi. Namun,
kebanyakan orang tidak
mengetahui sejarah ini atau
mungkin sengaja
menyembunyikannya. Dari
penjelasan di atas dapat kita
tarik kesimpulan:
Pertama: Maulid Nabi tidak
ada asal usulnya sama sekali
dari salafush sholeh. Tidak
kita temukan pada sahabat
atau para tabi’in yang
merayakannya, bahkan dari
imam madzhab.
Kedua: Munculnya Maulid
Nabi adalah pada masa Daulah
Fatimiyyun sekitar abad tiga
Hijriyah. Daulah Fatimiyyun
sendiri dibinasakan oleh
Shalahuddin Al Ayubi pada
tahun 546 H.
Ketiga: Fatimiyyun memiliki
banyak penyimpangan dalam
masalah aqidah sampai aliran
ekstrim di antara mereka
mengaku Ali sebagai Tuhan.
Fatimiyyun adalah orang-
orang yang gemar berbuat
bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-
Nya.
Keempat : Merayakan Maulid
Nabi berarti telah mengikuti
Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan
perayaan maulid. Dan ini
berarti telah ikut-ikutan dalam
tradisi orang yang jauh dari
Islam, senang berbuat sesuatu
yang tidak ada tuntunannya,
telah menyerupai di antara
orang yang paling fasiq dan
paling kufur. Padahal Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ْﻦَﻣ َﻪَّﺒَﺸَﺗ ٍﻡْﻮَﻘِﺑ َﻮُﻬَﻓ ْﻢُﻬْﻨِﻣ
”Barangsiapa yang menyerupai
suatu kaum, maka dia termasuk
bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud.
Syaikhul Islam dalam
Iqtidho’ [1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/
bagus)
Semoga bermanfaat. Hanya
Allah yang memberi taufik.